Kamis, 21 April 2016

Sungaiku Malang



Dulu waktu kecil pertama kali menginjakkan kaki di tanah Banjar, aku sangat terpesona dengan sebuah sungai kecil yang begitu bersih dan jernih airnya, di samping kebun coklat dekat rumah nenek. Saking beningnya, aku bahkan bisa melihat batu-batu di dasarnya. Walaupun setiap hari sungai itu digunakan untuk mencuci maupun mandi oleh warga sekitar, sungai itu tetap jernih dan bening. Cantik sekali. Seolah semua sisa sabun dan bahan kimia lainnya tidak dapat mengotori kecantikannya.


Sebuah pohon besar di tepi sungai itu menciptakan suasana yang teduh dan menyejukkan. Membuatku betah sekali berlama-lama main di sungai itu.  Kerap kali aku dan adikku selalu berteriak girang jika diajak mandi ke sungai oleh nenek. Maklumlah, tak ada sungai  di dekat rumah kami di Makassar. Saat nenek mencuci, kami berdua akan sibuk berusaha menangkapi ikan-ikan kecil yang lincah berenang ke sana kemari.


Sayangnya bertahun-tahun waktu berlalu, sungai kecil cantik itu kini telah menghilang. Di atasnya telah berdiri sebuah rumah yang tak ku ketahui siapa pemiliknya. Memang setelah nenek meninggal dan bapak memutuskan pindah, aku jarang ke sana lagi.


Dan semalam, aku harus menghadiri sebuah acara di Palangkaraya. Karena sudah terlalu malam, aku memutuskan untuk menginap di rumah seorang siswa yang telah menjadi alumni. Rumahnya ternyata terletak di tepi sungai Kahayan. Sebuah sungai besar yang membelah provinsi Kalimantan Tengah. Sungai ini bermuara di 3 kabupaten/kota, yaitu Kota Palangka Raya, Kabupaten Gunung Mas dan Kabupaten Pulang Pisau. Lalu kemudian bermuara di Laut Jawa. Sungai ini memiliki panjang lebih dari 600 km.


Keesokan harinya barulah aku melihat bagaimana rupa tepi sungai Kahayan di perkampungan itu. Wow.. Penuh dengan sampah. 



Just like perkampungan tepi sungai lainnya, sepertinya masyarakat sekitar sudah terbiasa membuang sampah ke sungai. Sungguh menyedihkan. Bayangkan kalau ada seratus ruamah saja yang berada ditepi sungai itu dan setiap rumah membuang 1 sampah per harinya, berapa jumlah sampah yang ada di sungai Kahayan pertahunnya??




Hmm, aku selalu syirik setiap kali melihat betapa cantiknya sungai yang ada di Venice. Dan selalu bertanya-tanya bagaimana cara mereka membuat sungai mereka tampil secantik itu? Apakah sungai-sungai di Indonesia, khususnya di Kalimantan bisa secantik itu?





Semoga saja bisa. Someday. InsyaAllah.
Ah, tiba-tiba aku jadi begitu merindukan sungai kecil di bawah pohon besar itu..




Palangkaraya
21 April 2016
#OneDayOnePost

14 komentar:

  1. Sungai di tempatku ngajar masih beniiing, bersih, soalnya masih dipakai mandi oleh warganya

    BalasHapus
  2. Alam yang terjaga selalu menoreh kerinduan. Tapi sayang seringkali ulah manusia merusaknya..

    BalasHapus
  3. Kali depan rumahku yang kecil aja juga udah tercemar, huhuhikss...

    BalasHapus
  4. Betul Mba. Ngiri liat sungai cantik di luar sana. Kapan sungai kita bisa seperti itu.

    BalasHapus
  5. Alam kado terindah ciptaan Tuhan, harua kita jaga bersama

    BalasHapus
  6. Di Banjarmasin kayanya lebih parah.. sejak tahun 2000an dan 10 tahun sebelumnyapun udah kotor :(

    BalasHapus
  7. bergantung kesadaran lingkungan yang bertempat tinggal di sekitarnya

    BalasHapus
  8. Suatu saat nanti pasti sungai2 Indonesia juga bisa jernih mbk... entah berapa tahun lagi.... hehe

    BalasHapus
  9. Sungai di kampungku tpmt aku Mbolang dulu, kini jg sudah spt comberan airnya

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  12. Di jakarta jarang bisa memandang sungai dan bermain Seru di sungai. Gak asik. Padahal aku suka main dan mandi disungai.

    BalasHapus
  13. Serasa ingin mandi di Venice... Seruu deh keknya, adem lihat airnya...

    BalasHapus

10 Aktivitas Yang Bisa Kalian Coba #dirumahaja Selain Rebahan.

Hi Gaes. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga tetap   selalu sehat dan berbahagia bersama orang-oarang tersayang di rumah. Well, hari...