Kamis, 24 Desember 2015

Kisah Telur Rebus

Have I told you? Aku suka sekali makan telur rebus. Telur rebus ia? Iya telur rebus. Hahaha udah deh gak usah lebay. Telur rebus itu enak tau? Sumber protein yang baik sekali. Kalo nggak salah sih gitu.😀
Oke, oke, aku akan melanjutkan ceritaku. Dulu, waktu aku masih kecil, masih imut-imut dengan rambut kepang dua, saat aku dan keluargaku masih tinggal di Ujung Pandang (sekarang kalian tidak akan menemukan nama kota Ujung Pandang di peta manapun, kota itu sudah berganti nama menjadi Makassar. Yup, aku kelahiran sana.), aku ingat sebuah momen dimana kami makan dengan lauk telur rebus. Nasi dan telur rebus. Menu yang sangat sederhana kan? Tapi aku tetap bersyukur dan sangat menyukainya. Karna itu jauh lebih enak daripada makan nasi dengan garam (kok kayaknya masa kecilku menggenaskan sih?😀)
Well, dulu kami selalu (ingat ya selalu!) Setiap makan dengan menu telur rebus, 1 buah telur rebus itu harus dibagi empat. 1/4 bagian untuk bapak, 1/4 bagian untuk ibu, 1/4 bagian untukku, dan 1/4 bagian untuk Aniez (well, waktu itu Hakiem memang belum lahir). Mungkin Aniez nggak inget momen ini karena dia lebih imut lagi dari aku. Walaupun keluarga kami saat itu tidak bisa dikatakan keluarga fakir miskin, tapi kami juga tidak bisa dikategorikan keluarga kaya sekali. Rumahku terbuat dari kayu walaupun banyak sekali dihiasi jendela kaca. Lantainya sudah semen licin (tiba-tiba aku jadi begitu merindukan rumah itu😂)
Waktu itu, aku sama sekali belum tau susahnya cari uang. Aku juga belum tau bagaimana susahnya bapak-ibu sebagai pasangan muda bertahan hidup di tanah asing, tanah perantauan dimana tidak ada saudara atau keluarga yang bisa dimintai tolong. Hei, aku masih kecil saat itu. Apa yang kalian harapkan? Hahahaha
Tapi satu hal yang paling menggangguku adalah kenapa aku dapat sedikit sekali telur rebus lezat itu? Maka, aku bertekad suatu hari aku harus makan 1 telur rebus utuh untuk diriku sendiri. Hahaha impianku sederhana sekali ya?
Dan sekarang berpuluh tahun kemudian, aku masih bisa sangat terharu sekali setiap aku bisa makan i butir telur rebus secara utuh 😀. Sepertinya momen itu sangat membekas di otakku. Membuatku sentimentil setiap melihat telur rebus. Hahahaha ayolah its true. Jangan menganggapku Queen of Drama.
Malam ini menu makan malam kami juga telur rebus. Hal ini membuat otakku otomatis mengingat momen itu lagi.
Hanya saja telur rebus malam ini serasa tidak lezat lagi. Momen makan telur rebus dulu yang bahagia tanpa beban itu tidak sama rasanya dengan momen makan telur rebus malam ini yang terasa dihantui dan dibayang-bayangi masalah yang sedang keluarga kami hadapi. Aku yakin sekali, sepertiku yang berusaha bertahan menanggung beban dan berfikir keras mencari solusi, bapak dan ibu juga makan telur rebus itu dengan perasaan yang sama. Bahkan mungkin lebih dari yang ku perkirakan. Ahh Rabb.. ingin sekali ku buang beban-beban yang bergelayut manja di pundak mereka orang tua yang kukasihi sepenuh hati itu. Agar telur rebus ini menjadi sama lezatnya dengan telur rebus saat aku masih kecil dulu.
Kalau bisa aku ingin kembali ke masa itu. Saat bapak dan ibu tak sepayah sekarang. Saat aku merasa tak seberdaya sekarang ini.
Rabb tolong kami.. tolong kami.. tolong kami..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

10 Aktivitas Yang Bisa Kalian Coba #dirumahaja Selain Rebahan.

Hi Gaes. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga tetap   selalu sehat dan berbahagia bersama orang-oarang tersayang di rumah. Well, hari...