Senin, 18 April 2016

Di Pemakaman



Pemakaman, entah bagaimana selalu berhasil menawarkan sebuah suasana muram nan kelam. Langit kelabu, kabut sendu menggantung,  wajah-wajah menunduk pilu.  Ditambah beberapa bagian jalan digenangi air, sisa hujan semalam. Ujung sepatu Arisa pun ikut terkena lumpur


Gadis ramping itu tak bisa menangis. Untuk alasan yang ia pun masih mencarinya. Tentu saja ia sedih. Seperti saudara kembarnya yang sedang menangis di sisinya, Ariana. Rambut panjang hitam Ariana menutupi sebagian wajah putih pucatnya.

“Ah, benar.. aku tak boleh menangis. Demi  saudaraku itu. Tenanglah mama, aku akan menjaga Ariana”, tekad Arisa dalam hati.

Secara tak sengaja, Arisa melihat sesosok laki-laki muda tampan. Laki-laki itu berdiri di sana. Diantara para pelayat. Tubuh tinggi tegapnya terbungkus mantel hitam yang tebal dan berat. Menambah aura ketampanannya. Sebuah benda berkilauan menempel di kerah mantel laki-laki itu. Seperti sebuah pin berbentuk bintang kecil berwarna keemasan. Terlihat kontras dengan mantel hitamnya. Laki-laki itu tersenyum tipis. Setidaknya Arisa merasa demikian. Ahh, kabut putih yang melingkupi pemakaman sedikit menghalangi pandangannya. 


Arisa begitu terpesona. Hingga tak menyadari prosesi pemakaman mamanya sudah selesai. Ariana menyentuh tanngannya pelan dan berkata dengan suara yang serak akibat terlalu banyak menangis,

 “Arisa, ayo kita pulang.”

Arisa mengangguk. Lalu mengalihkan pandangannya kembali, laki-laki itu telah pergi. Mata birunya yang selalu dikagumi orang-orang berkerejap. Ia mengedarkan pandangannya sekali lagi berusaha memastikan keberadaan sosok laki-laki muda tampan itu. Tapi nihil. Ia tak menemukannya dimanapun. Para pelayat pun mulai beranjak pergi.


***


Arisa terus bertanya-tanya. Siapa laki-laki itu? Apakah laki-laki itu seorang kerabat jauh? Rasa-rasanya  ia belum pernah melihatnya. Walaupun ia tidak serajin Ariana dalam hal mengikuti acara-acara bersama keluarga besar mereka, ia masih sangat yakin bisa mengenali anggota keluarga besar mereka dengan tepat. 


Arisa menghabiskan banyak waktu untuk mencari tahu siapa sesungguhnya laki-laki yang berhasil membuatnya terpesona itu. Ia bertanya dengan banyak orang.  Dan semuanya sepakat mengatakan tak tahu menahu dengan laki-laki yang dideskripsikannya. Arisa bahkan bertanya pada Ariana, saudara kembarnya yang periang dan ramah. 


“Arisa, aku sungguh tak melihat laki-laki yang kau maksud.”


Laki-laki misterius itu berhasil memutar balikkan dunia kecil Arisa,menghantuinya,  membuatnya rindu setengah mati. 


“Aku harus bertemu laki-laki itu segera,” tekad Arisa.


“Apakah kau begitu menyukainya Arisa?” tanya Ariana menggodanya.


Wajah Arisa memerah.


“Ah, yang jelas aku turut bahagia untukmu Arisa, selama ini kau nampak selalu menutup diri.” kata Ariana tulus.


“Apakah kau mau membantuku Ariana? Kau satu-satunya saudaraku..” tanya Arisa penuh harap.


“Tentu saja. Aku sangat menyayangimu Arisa. Akan ku lakukan apapun agar kau bisa bertemu lagi dengan laki-laki itu”.


***


Hujan deras mengguyur bumi. Petir dan kilat saling beradu. Ariana sedang memutar kunci kamarnya ketika Arisa tiba-tiba mengetuk.


“Ariana, bolehkah aku masuk?” tanya Arisa.


“Tentu, apakah kau tak bisa tidur karena suara petirnya?” katanya sembari membuka pintu.


“Ya, aku benci petir.” Jawab Arisa sedikit mengeluh.


“Ayolah, tak usah mengeluh. Walaupun pastinya akan lebih menyenangkan kalau saja mama ada bersama kita saat ini. Yah, setidaknya kita bisa tidur lebih nyenyak ketika hujan seperti ini, dan kau bisa bermimpi bertemu lelaki misterius pujaan hatimu itu.” Kata Ariana menggoda.

Wajah Arisa segera saja bersemu merah.
  
“Arisa, apa yang kau bawa di tanganmu itu?” tanya Ariana. Keningnya berkerut.  Tanda tak mengerti. Jelas-jelas itu adalah sebuah pisau. Pisau yang biasanya dipakai Bibi Martha ketika memasak di dapur. Belum sempat ia menyadari apa yang terjadi, Arisa segera maju memeluknya dengan erat dan jleebb!!  Pisau itu pun tertancap sempurna di tubuh Ariana. 

Gaun tidur putihnya segera saja memerah karena darah.


“Ariana, kau harus mati” bisik Arisa di telinga Ariana.


Ariana berusaha mendorong Arisa menjauh. Menahan sakit yang teramat akibat pisau yang tertarik keluar. Cahaya kilat menerangi kamar itu, sekilas Ariana dapat melihat ekspresi dingin di wajah cantik Arisa yang kini berdiri sembari memegang pisau berlumur darah. Ariana tak menyangka saudara kembarnya itu akan tega menusuknya, membunuhnya. Pikirannya panik.  Apa yang harus dilakukannya? Ia tak mungkin berteriak. Suaranya tak kan terdengar di tengah gemuruh hujan dan petir.


“A.. apa salah ku Arisa? Ke.. kenapa kau mau membunuhku?” tanya Ariana lemah sembari memegang perutnya yang terkoyak. Darahnya terus menyembur. Mulai menggenang  di lantai.


“Kau harus mati Ariana.” Kata Arisa sembari melompat ke depan, kembali  menyerang. Ariana tak bisa berbuat banyak. Ia sudah terlalu lemah untuk menghindar. Tanpa perlawanan berarti Arisa kembali menusukkan pisaunya. Sekali. Dua kali. Tiga kali. 


Ariana pun rebah bersimbah darahnya sendiri. 


“Bukankah kau sangat merindukan mama, Ariana? Aku membantumu untuk bertemu mama lebih cepat. Lagi pula kau sudah berjanji untuk melakukan apapaun untuk bertemu kembali dengan lelaki itu bukan?”  bisik Arisa di telinga Ariana, kemudian mencium kedua pipi saudara kembarnya itu. Setetes air mata jatuh Ariana jatuh. 


“Aku bahagia sekali Ariana. Rasa-rasanya hatiku mau meledak karena terlalu bahagia. Akhirnya besok aku akan bertemu dengan laki-laki itu lagi. Di pemakaman.” Kata Arisa lagi sembari mengusap air mata Ariana.


***

Palangkaraya
18 April 2016
#OneDayOnePost
#TantanganMingguIni


15 komentar:

  1. Wow...idenya! Kereeeennn...bisaaan ya? Suka aku...

    BalasHapus
  2. terbawa suasana nii bacanya mbk, tegang tegang gimana gitu hahha
    ditunggu kelanjutannya mbk ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe gak ada kelanjutannya mbak.. beljm dapet ilham lagi buat ngelanjutinnya..😂

      Hapus
  3. waduh, parah yaaa arisa, hanya karena ingin bertemu lelaki itu, ia tega membunuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurutnya itulah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan mbak..😆

      Hapus
  4. Mungkin Ada yang ngikut di pundaknya waktu pulang dari pemakaman. 😄😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya.. jangan-jangan laki-laki misterius itu sebenarnya roh gentayangan yang menunggu pemakaman tersebut..😨

      Hapus
  5. Wawww... Cara berpikirny arisa mengerikan...

    Kereen...

    BalasHapus
  6. Unpredictable ending 👍.
    Aku sukaaaa ...

    BalasHapus
  7. Unpredictable ending 👍.
    Aku sukaaaa ...

    BalasHapus

10 Aktivitas Yang Bisa Kalian Coba #dirumahaja Selain Rebahan.

Hi Gaes. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga tetap   selalu sehat dan berbahagia bersama orang-oarang tersayang di rumah. Well, hari...