nemu di gooogle |
KH. Hasyim Asy’ari merupakan salah satu
ulama besar yang paling berpengaruh di Indonesia. Sejak kecil, ulama yang lahir
di Jombang, tanggal 10 April 1875 atau 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang,
Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur ini, dikenal sebagai sosok yang
memiliki bakat memimpin alami dan cerdas. Di usia 13 tahun, KH. Hasyim Asy’ari
yang merupakan putera ketiga pasangan KH. Asy’ari dan Nyai Halimah ini sudah
dapat memahami ilmu-ilmu agama. Kecintaannya pada ilmu, membuat KH. Hasyim Asy’ari
yang juga masih memiliki
garis keturunan bangsawan kerajaan Majapahit dan Raja Brawijaya dari darah sang
ibu ini tidak puas hanya dengan
belajar pada lingkungan keluarganya. Setelah sekitar sembilan tahun belajar
pada keluarganya di Desa Keras (umur 15 tahun) ,beliau mulai melakukan
pengembaraanya menuntut ilmu.
KH. Hasyim Asy’ari yang juga terkenal
sebagai pendiri NU ini pernah belajar di beberapa pesantren besar di tanah
Jawa, yakni pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Wonokoyo di Probolinggo,
pesantren Trenggilis di Semarang, pesantren Siwalan di Sidoarjo, dan pesantren
Kademangan di Bangkalan. Setelah itu, beliau memutuskan untuk memperdalam ilmu
agama ke Mekah.
Sekembalinya
beliau dari Mekkah, Pada tanggal 26 Robiul Awal 1317 H/1899 M, didirikanlah
Pondok Pesantren Tebuireng, mskipun saat itu wilayah Tebu Ireng sendiri belum
kondusif. Saat itu Tebu Ireng memang merupakan daerah yang terkenal sebagai
sarang penyamun, dan bramacorah. Tapi itu semua tidak menyurutkan niat beliau
untuk berdakwah. Hingga akhirnya perjuangan beliau itupun membuahkan hasil yang
manis. Kini Tebu Ireng dikenal sebagai daerah pesantren terbesar di Jombang.
Disamping
aktif mengajar beliau juga aktif dalam berbagai kegiatan. Pada tanggal 16 Sya’ban
1344 H/31 Januari 1926 M, di Jombang Jawa Timur didirikanlah Jam’iyah Nahdlatul
Ulama’ (kebangkitan ulama) bersama KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahab Hasbullah, dan
ulama’-ulama’ besar lainnya, dengan azaz dan tujuannya: “Memegang dengan teguh
pada salah satu dari madzhab empat dan mengerjakan apa saja yang menjadikan
kemaslahatan agama Islam”. Selain menjadi Rois
Akbar beliau juga menyusun qanun asasi (peraturan dasar) NU yang
mengembangkan faham ahli sunnah waljama’ah.
KH.M. Hasyim Asy’ari yang wafat pada pukul 03.00 pagi,
Tanggal 25 Juli 1947, bertepatan dengan Tanggal 07 Ramadhan 1366 H ini
meninggalkan warisan karya tullis berupa kitab-kitab klasik yang beliau tulis
disela kesibukan beliau mendidik para santri dan mengayomi umat. Beberapa karya
beliau adalah :
- Al-Nurul Mubin Fi Mahabati Sayyidi Mursalin. Kajian kewajiban beriman, mentaati, mentauladani, berlaku ikhlas, mencinatai Nabi SAW sekaligus sejarah hidupnya
- Al-Tanbihat al-Wajibat Liman Yashna’u al-Maulida Bi al-Munkarat. Kajian mengenai maulid nabi dalam kaitannya dengan amar ma’ruf nahi mungkar
- Risalah Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Kajian mengenai pandangan terhadap bid’ah, Konsisi salah satu madzhab, dan pecahnya umat menjadi 73 golongan
- Al-Durasul Muntasyiroh Fi Masail Tis’a ‘asyaraoh. Kajian tentang wali dan thoriqoh yang terangkum dalam sembilan belas permasalahan.
- Al-Tibyan Fi Nahyi’an Muqatha’ah al-Arham Wa al-Aqrab Wa al-Akhwal. Kajian tentang pentingnya jalinan silaturahmi antar sesama manusia
- Adabul ‘Alim Wa Muata’alim. Pandangan tentang etika belajar dan mengajar didalam pendidikan pesantrren pada khususnya
- Dlau’ al-Misbah Fi Bayani Ahkami Nikah. Kajian hukum-hukum nikah, syarat, rukun, dan hak-hak dalam perkawinan
- Ziyadah Ta’liqot. Kitab yang berisikan polemic beliau dengan syaikh Abdullah bin yasir Pasuruaan
Dari sosok KH. Hasyim Asy’ari kita belajar tentang keteguhan
hati beliau dalam berdakwah, kedisiplinan beliau dalam mengatur waktu, dan
menjaga ibadah beliau, juga rasa cinta beliau terhadap ilmu.
Semoga kita mampu meneladani kebaikan beliau dan mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan kita
sehari-hari. Aamiin.
Referensi:
Buku KH. Hasyim Asy’ari oleh Drs. Abdul Hadi, S. Pd, SH, MM
Buku KH. Hasyim Asy’ari oleh Drs. Abdul Hadi, S. Pd, SH, MM
#ReadingChallengeODOP
#Tugaslevel2
#level2tantangan1