Kamis, 14 Februari 2019

Biografi Singkat KH. Hasyim Asy'ari

nemu di gooogle


KH. Hasyim Asy’ari merupakan salah satu ulama besar yang paling berpengaruh di Indonesia. Sejak kecil, ulama yang lahir di Jombang, tanggal 10 April 1875 atau 24 Dzulqaidah 1287H di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur ini, dikenal sebagai sosok yang memiliki bakat memimpin alami dan cerdas. Di usia 13 tahun, KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan putera ketiga pasangan KH. Asy’ari dan Nyai Halimah ini sudah dapat memahami ilmu-ilmu agama. Kecintaannya pada ilmu, membuat KH. Hasyim Asy’ari yang juga masih memiliki garis keturunan bangsawan kerajaan Majapahit dan Raja Brawijaya dari darah sang ibu ini tidak puas hanya dengan belajar pada lingkungan keluarganya. Setelah sekitar sembilan tahun belajar pada keluarganya di Desa Keras (umur 15 tahun) ,beliau mulai melakukan pengembaraanya menuntut ilmu.

KH. Hasyim Asy’ari yang juga terkenal sebagai pendiri NU ini pernah belajar di beberapa pesantren besar di tanah Jawa, yakni pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, pesantren Trenggilis di Semarang, pesantren Siwalan di Sidoarjo, dan pesantren Kademangan di Bangkalan. Setelah itu, beliau memutuskan untuk memperdalam ilmu agama ke Mekah.

Sekembalinya beliau dari Mekkah, Pada tanggal 26 Robiul Awal 1317 H/1899 M, didirikanlah Pondok Pesantren Tebuireng, mskipun saat itu wilayah Tebu Ireng sendiri belum kondusif. Saat itu Tebu Ireng memang merupakan daerah yang terkenal sebagai sarang penyamun, dan bramacorah. Tapi itu semua tidak menyurutkan niat beliau untuk berdakwah. Hingga akhirnya perjuangan beliau itupun membuahkan hasil yang manis. Kini Tebu Ireng dikenal sebagai daerah pesantren terbesar di Jombang.

Disamping aktif mengajar beliau juga aktif dalam berbagai kegiatan. Pada tanggal 16 Sya’ban 1344 H/31 Januari 1926 M, di Jombang Jawa Timur didirikanlah Jam’iyah Nahdlatul Ulama’ (kebangkitan ulama) bersama KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahab Hasbullah, dan ulama’-ulama’ besar lainnya, dengan azaz dan tujuannya: “Memegang dengan teguh pada salah satu dari madzhab empat dan mengerjakan apa saja yang menjadikan kemaslahatan agama Islam”. Selain menjadi Rois Akbar beliau juga menyusun qanun asasi (peraturan dasar) NU yang mengembangkan faham ahli sunnah waljama’ah.

    KH.M. Hasyim Asy’ari yang wafat pada pukul 03.00 pagi, Tanggal 25 Juli 1947, bertepatan dengan Tanggal 07 Ramadhan 1366 H ini meninggalkan warisan karya tullis berupa kitab-kitab klasik yang beliau tulis disela kesibukan beliau mendidik para santri dan mengayomi umat. Beberapa karya beliau adalah :
  1. Al-Nurul Mubin Fi Mahabati Sayyidi Mursalin. Kajian kewajiban beriman, mentaati, mentauladani, berlaku ikhlas, mencinatai Nabi SAW sekaligus sejarah hidupnya
  2. Al-Tanbihat al-Wajibat Liman Yashna’u al-Maulida Bi al-Munkarat. Kajian mengenai maulid nabi dalam kaitannya dengan amar ma’ruf nahi mungkar
  3. Risalah Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Kajian mengenai pandangan terhadap bid’ah, Konsisi salah satu madzhab, dan pecahnya umat menjadi 73 golongan
  4. Al-Durasul Muntasyiroh Fi Masail Tis’a ‘asyaraoh. Kajian tentang wali dan thoriqoh yang terangkum dalam sembilan belas permasalahan.
  5. Al-Tibyan Fi Nahyi’an Muqatha’ah al-Arham Wa al-Aqrab Wa al-Akhwal. Kajian tentang pentingnya jalinan silaturahmi antar sesama manusia
  6. Adabul ‘Alim Wa Muata’alim. Pandangan tentang etika belajar dan mengajar didalam pendidikan pesantrren pada khususnya
  7. Dlau’ al-Misbah Fi Bayani Ahkami Nikah. Kajian hukum-hukum nikah, syarat, rukun, dan hak-hak dalam perkawinan
  8. Ziyadah Ta’liqot. Kitab yang berisikan polemic beliau dengan syaikh Abdullah bin yasir Pasuruaan
Dari sosok KH. Hasyim Asy’ari kita belajar tentang keteguhan hati beliau dalam berdakwah, kedisiplinan beliau dalam mengatur waktu, dan menjaga ibadah beliau, juga rasa cinta beliau terhadap ilmu.


Semoga kita mampu meneladani kebaikan beliau dan mampu mengaplikasikannya dalam  kehidupan kita sehari-hari. Aamiin.


Referensi:
Buku KH. Hasyim Asy’ari oleh Drs. Abdul Hadi, S. Pd, SH, MM

#ReadingChallengeODOP
#Tugaslevel2
#level2tantangan1


Sabtu, 09 Februari 2019

Belajar Kehidupan Dari Buku Panduan Matematika Terapan

Milik Pribadi


Judul                    : Buku Panduaan Matematika Terapan
Penulis                 : Triskaidekaman
Penerbit               : Gramedia
Tahun terbit         : 2018
Tebal Buku          : 359 hal.


      Meski perhitungan begitu erat dalam kehidupan kita sehari-hari, Matematika tetap saja menjadi subjek yang bahkan bisa disebut menakutkan untuk sejumlah besar siswa di sekolah, termasuk saya pribadi. Kalau mau jujur saya tidak suka mata pelajaran matematika yang menuntut kita harus menguasai berbagai rumus yang ada. Tapi bagaimana jika matematika dijadikan karya sastra? Nah, novel Buku Panduan Matematika Terapan inilah jawabannya.


Pertanyaan P-NP [sesuatu yang bisa diperhitungkan-sesuatu yang tidak bisa diperhitungkan] muncul setelah Prima didatangi oleh hantu yang mengajarinya cara berhitung dan berbagai teori matematika di dalam mimpi. Teka-teki itu semakin mengusiknya, ketika ia bertemu Tarsa-si cerdas yang juga memiliki pertanyaan sama tentang P-NP. Namun, meski telah mencurahkan seluruh hidupnya, Prima tak juga mampu menemukan jawabannya. Tentu. Karena, siapa pula manusia di dunia yang bisa menjawab kapan ia akan dimatikan?


      Ide yang ditawarkan dalam novel yang menjadi #1 winner UNNES InternationalNovel Writing Contest 2017  ini unik. Dalam jalinan cerita yang berkelindan dengan acuan refernsi dan data yang solid lagi kompleks, dengan kreatif penulis meracik berbagai konsep matematika ke dalam diskusi tokoh Prima, seorang anak laki-laki yang terpaksa harus menjalani sisa hidupnya dalam keheningan absolut dan Mantisa, anak perempuan yatim piatu yang dicap sebagai anak pembawa sial (terlepas dari bagaimana cara keduanya berkomunikasi) juga Tarsa (yang juga pernah menjadi penghuni panti asuhan yang sama dengan Mantisa) mengenai manusia dan kehidupan. 

      Dengan berselang-seling menggunakan POV kedua dan ketiga, Triskaidekaman membawa banyak pertanyaan mendasar tentang kehidupan. Tentang bagaimana menyikapi kehidupan yang kadang begitu mematahkan hati karena kehilangan-kehilangan. 

      Novel ini akan membantu kita kembali sadar bahwa matematika bukan hanya tentang angka bukan hanya tentang rumus-rumus rumit. Di dalamnya ada seni, variabel, logika, prediksi, juga cerita.
Bahwa meski serumit apapun rumus matematika yang pernah terlahir ke bumi ini sejatinya matematika diciptakan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada.


Tanpa waktu, meskipun ada jarak, tidak akan ada kecepatan; sehingga jarak itu menjadi tidak ada artinya (hal.204)



      Selain belajar banyak mengenai konsep matematika tentu saja, membaca buku ini juga membuat koleksi perbendaharaan diksi saya bertambah. Meski memang ada beberapa bagian yang harus saya baca kembali dengan perlahan agar dapat memahami isinya. Secara keseluruhan saya suka buku ini. Meski memang agak liat untuk dicerna, semua sepadan ketika dengan apiknya Triskaidekaman menyembunyikan sebuah kejutan tak terduga mengenai identitas sang hantu.


#ReadingChallengeODOP

10 Aktivitas Yang Bisa Kalian Coba #dirumahaja Selain Rebahan.

Hi Gaes. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga tetap   selalu sehat dan berbahagia bersama orang-oarang tersayang di rumah. Well, hari...