Judul : Buku Panduaan Matematika Terapan
Penulis : Triskaidekaman
Penerbit : Gramedia
Tahun terbit : 2018
Tebal Buku : 359 hal.
Meski perhitungan begitu erat dalam kehidupan kita
sehari-hari, Matematika tetap saja menjadi subjek yang bahkan bisa disebut
menakutkan untuk sejumlah besar siswa di sekolah, termasuk saya pribadi. Kalau mau
jujur saya tidak suka mata pelajaran matematika yang menuntut kita harus
menguasai berbagai rumus yang ada. Tapi bagaimana jika matematika dijadikan
karya sastra? Nah, novel Buku Panduan Matematika Terapan inilah jawabannya.
Pertanyaan P-NP [sesuatu yang bisa diperhitungkan-sesuatu
yang tidak bisa diperhitungkan] muncul setelah Prima didatangi oleh hantu yang
mengajarinya cara berhitung dan berbagai teori matematika di dalam mimpi.
Teka-teki itu semakin mengusiknya, ketika ia bertemu Tarsa-si cerdas yang juga
memiliki pertanyaan sama tentang P-NP. Namun, meski telah mencurahkan seluruh
hidupnya, Prima tak juga mampu menemukan jawabannya. Tentu. Karena, siapa pula
manusia di dunia yang bisa menjawab kapan ia akan dimatikan?
Ide yang ditawarkan dalam novel yang menjadi #1 winner UNNES InternationalNovel Writing
Contest 2017 ini unik. Dalam jalinan
cerita yang berkelindan dengan acuan refernsi dan data yang solid lagi kompleks,
dengan kreatif penulis meracik berbagai konsep matematika ke dalam diskusi tokoh
Prima, seorang anak laki-laki yang terpaksa harus menjalani sisa hidupnya dalam
keheningan absolut dan Mantisa, anak perempuan yatim piatu yang dicap sebagai
anak pembawa sial (terlepas dari bagaimana cara keduanya berkomunikasi) juga
Tarsa (yang juga pernah menjadi penghuni panti asuhan yang sama dengan Mantisa)
mengenai manusia dan kehidupan.
Dengan berselang-seling menggunakan POV kedua dan ketiga,
Triskaidekaman membawa banyak pertanyaan mendasar tentang kehidupan. Tentang bagaimana
menyikapi kehidupan yang kadang begitu mematahkan hati karena
kehilangan-kehilangan.
Novel ini akan membantu kita kembali sadar bahwa matematika
bukan hanya tentang angka bukan hanya tentang rumus-rumus rumit. Di dalamnya
ada seni, variabel, logika, prediksi, juga cerita.
Bahwa meski serumit apapun rumus matematika yang pernah
terlahir ke bumi ini sejatinya matematika diciptakan untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan yang ada.
Tanpa waktu, meskipun ada jarak, tidak akan ada kecepatan; sehingga jarak itu menjadi tidak ada artinya (hal.204)
Selain belajar banyak mengenai konsep matematika tentu saja,
membaca buku ini juga membuat koleksi perbendaharaan diksi saya bertambah. Meski
memang ada beberapa bagian yang harus saya baca kembali dengan perlahan agar
dapat memahami isinya. Secara keseluruhan saya suka buku ini. Meski memang agak
liat untuk dicerna, semua sepadan ketika dengan apiknya Triskaidekaman
menyembunyikan sebuah kejutan tak terduga mengenai identitas sang hantu.
#ReadingChallengeODOP
Aku kira ini buku nonfiksi
BalasHapusbukan mbak ini novel.. :D
HapusBahasanya matematika sekali ya kasas.. sepertinya dia yg bimin soal cerita kalau esai 😂😂
BalasHapusitu patut kita curgai...hahaha
HapusJudulnya sama isinya beda gitu ya. Hahah mantaplah pokoknya
BalasHapusnggak terlalu beda kok mbak tapi memang sarat matematika..
HapusWah, awalnya kupikir buku pelajaran. Ternyata novel. Keren-keren. Masuk list daftar pencarian nih Mba. Terima kasih resensinya.
BalasHapusIdem mbak Denik, dari judulnya saya kira buku pelajaran
Hapushaha bukan mbak.. terimakasih ya dah mampir sini...
Hapus