Dulu waktu kecil pertama kali
menginjakkan kaki di tanah Banjar, aku sangat terpesona dengan sebuah sungai
kecil yang begitu bersih dan jernih airnya, di samping kebun coklat dekat rumah
nenek. Saking beningnya, aku bahkan bisa melihat batu-batu di dasarnya.
Walaupun setiap hari sungai itu digunakan untuk mencuci maupun mandi oleh warga
sekitar, sungai itu tetap jernih dan bening. Cantik sekali. Seolah semua sisa
sabun dan bahan kimia lainnya tidak dapat mengotori kecantikannya.
Sebuah pohon besar di tepi sungai
itu menciptakan suasana yang teduh dan menyejukkan. Membuatku betah sekali berlama-lama
main di sungai itu. Kerap kali aku dan
adikku selalu berteriak girang jika diajak mandi ke sungai oleh nenek.
Maklumlah, tak ada sungai di dekat rumah
kami di Makassar. Saat nenek mencuci, kami berdua akan sibuk berusaha
menangkapi ikan-ikan kecil yang lincah berenang ke sana kemari.
Sayangnya bertahun-tahun waktu
berlalu, sungai kecil cantik itu kini telah menghilang. Di atasnya telah
berdiri sebuah rumah yang tak ku ketahui siapa pemiliknya. Memang setelah nenek
meninggal dan bapak memutuskan pindah, aku jarang ke sana lagi.
Dan semalam, aku harus menghadiri
sebuah acara di Palangkaraya. Karena sudah terlalu malam, aku memutuskan untuk
menginap di rumah seorang siswa yang telah menjadi alumni. Rumahnya ternyata terletak di tepi
sungai Kahayan. Sebuah sungai besar yang membelah provinsi Kalimantan Tengah. Sungai ini bermuara di 3
kabupaten/kota, yaitu Kota Palangka Raya, Kabupaten Gunung Mas dan Kabupaten Pulang Pisau. Lalu kemudian bermuara di Laut Jawa.
Sungai ini memiliki panjang lebih dari 600 km.
Keesokan harinya barulah aku melihat
bagaimana rupa tepi sungai Kahayan di perkampungan itu. Wow.. Penuh dengan sampah.
Just
like perkampungan tepi sungai lainnya, sepertinya masyarakat sekitar sudah
terbiasa membuang sampah ke sungai. Sungguh menyedihkan. Bayangkan kalau ada
seratus ruamah saja yang berada ditepi sungai itu dan setiap rumah membuang 1
sampah per harinya, berapa jumlah sampah yang ada di sungai Kahayan
pertahunnya??
Hmm, aku selalu syirik setiap kali
melihat betapa cantiknya sungai yang ada di Venice. Dan selalu bertanya-tanya
bagaimana cara mereka membuat sungai mereka tampil secantik itu? Apakah sungai-sungai di Indonesia, khususnya di Kalimantan bisa secantik itu?
Semoga saja bisa. Someday.
InsyaAllah.
Ah, tiba-tiba aku jadi begitu
merindukan sungai kecil di bawah pohon besar itu..
Palangkaraya
21 April 2016
#OneDayOnePost
Sungai di tempatku ngajar masih beniiing, bersih, soalnya masih dipakai mandi oleh warganya
BalasHapusAlam yang terjaga selalu menoreh kerinduan. Tapi sayang seringkali ulah manusia merusaknya..
BalasHapusKali depan rumahku yang kecil aja juga udah tercemar, huhuhikss...
BalasHapusBetul Mba. Ngiri liat sungai cantik di luar sana. Kapan sungai kita bisa seperti itu.
BalasHapusAlam kado terindah ciptaan Tuhan, harua kita jaga bersama
BalasHapusDi Banjarmasin kayanya lebih parah.. sejak tahun 2000an dan 10 tahun sebelumnyapun udah kotor :(
BalasHapusbergantung kesadaran lingkungan yang bertempat tinggal di sekitarnya
BalasHapusSuatu saat nanti pasti sungai2 Indonesia juga bisa jernih mbk... entah berapa tahun lagi.... hehe
BalasHapusSungai di kampungku tpmt aku Mbolang dulu, kini jg sudah spt comberan airnya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDi jakarta jarang bisa memandang sungai dan bermain Seru di sungai. Gak asik. Padahal aku suka main dan mandi disungai.
BalasHapusSerasa ingin mandi di Venice... Seruu deh keknya, adem lihat airnya...
BalasHapusTidak sedap dipandang mata
BalasHapus