“Kak.. Kak Alya..
Kak Alya..”
“Eh..” aku
terkejut mendapati April menguncang lenganku.
“Kak Alya
ngelamun ya? Dari tadi April panggil Kak Alya nggak denger” tanya April.
Tatapan polosnya berbaur dengan wajahnya yang cemberut, karena merasa tak ku
hiraukan. Sebuah kombinasi yang unik. Khas anak-anak. Aku tersenyum. Lebih
karena melihat wajah murid bimbelku yang manja itu.
Tadi aku memang sedang kepikiran
kata-kata Lisa semalam. Ah, aku tidak mungkin mencintai Kak Khalil kan? Konyol!
Tanpa sadar aku menggelengkan kepalaku perlahan.
“Hayoo.. Kak
April lagi mikirin Pak Khalil yaaa...” goda Gilang usil.
“Kak Alya
pacarnya Pak Khalil yaaa..”kata Heru. Kompak.
Sontak beberapa
anak lainnya gaduh mendengar nama guru mereka disebut. Wajahku memerah. Suasana
kelas privatku yang tadinya hening pun menjadi ramai. Ah, anak-anak ini,
darimana mereka belajar menggoda gurunya sendiri.
“Sudah.. sudah
jangan ribut. Kak Alya nggak pacaran sama Pak Khalil. Dan Raida, Kifa, Dewi,
Vinny, kembali ke tempat duduk kalian masing-masing. Jangan bergerombol di meja
Inet.” Kataku sembari memasang wajah serius.
Sambil nyengir
kuda anak-anak yang ku sebut namanya itu pun kembali ke tempat duduknya
masing-masing.
“Yang sudah selesai,
ayo kumpul.” Kataku lagi.
Aku memang membuka kelas
privat kecil 3 kali seminggu di rumah, setelah orang tua mereka yang juga masih
tetanggaku memintaku untuk mendampingi mereka belajar.
“Daripada mereka
keluyuran main kemana-mana, mbak Alya. Mending belajar. Kalau di rumah itu
susah sekali disuruh belajar.” Kata mereka padaku.
Pada dasarnya aku
memang suka dengan anak-anak. Berinteraksi dengan mereka sungguh menyenangkan.
Kepolosan, keceriaan, ketulusan mereka membuatku betah berlama-lama bersama
mereka. Karenanya, aku pun menyanggupi namun hanya untuk mata pelajaran bahasa
Inggris saja. Mengingat aku juga masih kuliah.
Syukurnya mereka
ada di kelas yang sama, kelas 4. Hanya Urip, Heni, dan Wiwid yang masih duduk
di kelas 1. Itupun karena mereka mau ikut-ikutan kakaknya saja. Aku memutuskan
tetap membiarkan mereka ikut kelas dengan catatan mereka tidak boleh mengganggu
kakak-kakak yang sedang belajar. Dan karena pelajaran Bahasa Inggris untuk
kelas 1 SD masih berkisar pengenalan dasar,
aku pun memberikan mereka beberapa buku, kartu angka dan kartu kosa kata
buatanku sendiri untuk menyibukkan mereka.
Hanya saja
akhir-akhir ini mereka justru sering bertanya tugas-tugas mereka yang lain dari
pelajaran SBK sampai Matematika. Alasannya tidak ada yang bisa menemani mereka
belajar di rumah. Tidak ada yang bisa dijadikan tempat bertanya, kata mereka.
Orang tua mereka yang kebanyakan berprofesi sebagai petani maupun buruh
bangunan itu sudah terlalu lelah bekerja seharian hingga tak dapat menemani
mereka untuk belajar pada malam harinya.
Ini rumit. Aku
merasa tidak yakin akan kemampuanku tapi aku tak sampai hati menolak permintaan
mereka. Jadilah ditengah-tengah kesibukanku aku kembali mencoba mempelajari
mata pelajaran lainnya. Baru ku tahu pelajaran anak SD sekarang ini tidak
sesederhana jamanku SD dulu. Entah sejak bkapan. Apa aku saja yang kurang peka terhadap
perubahan jaman ya? Oh Alya.. kamu kemana aja selama ini?? rutukku dalam hati.
“Kak Alya,
katanya Pak Khalil mau kawin loh.” Kata Raida sambil lalu.
***
Palangkaraya
Minggu, 8 Mei 2016
#OneDayOnePost
Pasti anak yang namanya Na ndak masuk, apa bisa jadi belum didaftarkan ikut bimbel sama ibunya?
BalasHapus*Kakak Guru, namaku gak adaaa..balik kanan merajuk. :(
Mbak Na masuk kok malah tokoh utamanya.. hehehe
Hapusnah hlo kak alya... jeder... jeder...
BalasHapusmbak Ciani apa itu semacam soundtrack begitu? hehe
Hapusyaahh patah hati deh alya nya
BalasHapusmhmm.. apakah akan patah hati? ^_^ kita lihat saja nanti.. :D
Hapuscinta itu semakin jelas saat kesempatan sdh gk ada.. :D
BalasHapushuwaaaaaahhhhh mbak muallimah quotenya daleeeemmmmm banget..^_^
Hapuswuaahh kalo mbak Lisa yang mhhmmm gitu kok kesannya serem ya??wuahahahaha..
BalasHapus