Sabtu, 01 Oktober 2016

Tinggal Kenangan



Aku lapar. Sebelum berangkat sekolah tadi, memang aku belum sarapan. Itulah kenapa aku berinisiatif untuk menghasut beberapa guru yang belum masuk kelas, untuk ikut bersamaku sarapan ke kantin. Dan yeeaaaaayyy berhasil berhasil berhasil! Hore! Hore! (kowe ki sa’jane lapo thow Ia??:D) 3 orang guru bersedia menemaniku (keknya kau bakat jadi wanita penggoda deh Ia. #loh?? Hahaha udah jangan dianggap serius!)

Like usually Mina (sebutan Tante atau Bulek dalam bahasa dayak) kantinnya menyediakan menu soto yang murah meriah tapi tetap enak di lidah (sebenernya aku pengen makan nasi kuning sih, tapi nggak ada.#curhat.)

Sambil menikmati semangkok soto dan segelas teh es, kami pun mengobrol ngalor ngidul, ngetan ngulon. Sampai akhirnya pembicaraan kami pun sampai pada topik haji (padahal kan musim haji udah lewat yak?? Ah, cewek mah gitu. Ngomongnya bisa berbagai topik:D). Lalu sambil menyuir-nyuir ayam untuk soto, Mina kantin pun ikutan nimbrung, “uh, aku dulu naik haji masih murah.”

Kebetulan kami bertiga muslim semua. Dan kalimat Mina itu sukses membuat kami saling berpandangan. Seorang teman sesama guru nyeletuk,

“Mina pernah naik haji?”

“Sudah haji aku ni nah.” Jawabnya mantap dengan logat Dayak Ngaju yang kental.

“Jaman kerusuhan sampit dulu itu malahan. Lewat Philipina. Jadi pas kami pulang ke Sampit tuh kami sudah yang takut banget  kalau rumah dan keluarga juga jadi korban.” sambung Mina itu lagi dengan mata berkaca-kaca penuh kenangan. Maklum saat itu memang kacau sekali. Bentrokan antar etnis yang menyebabkan banyak korban jiwa itu masih menyisakan trauma yang mendalam.

Mendengarnya, kami kompak berpandangan kembali. Pasalnya setahu kami beliau pindah ke sini itu karena mengikuti suaminya yang juga menjadi ketua komite sekolah. Jadi gini ceritanya, beberapa waktu yang lalu istri Bapak Komite (begitulah kami menyebutnya:D) meninggal karena sakit. Mungkin karena tidak betah menduda (ini sih perkiraan ngasalku doang. Hehehe), beliau pun menikahi Mina.

Aku ingat betul si Bapak pernah bercerita bahwa meskipun tadinya Mina adalah seorang muslim, Si Mina memutuskan untuk mengikuti agama beliau saat dinikahi. Itu artinya saat ini si Mina sudah menjadi non- muslim.

Dalam perjalanan kembali ke kantor guru, seorang guru berkata lirih, “sayangnya lah Ia.. Itu hajinya gimana ya?”

        Aku diam menatap langit yang biru. Tiba-tiba aku merasa begitu bersyukur masih bisa merasakan nikmat iman dan nikmat islam sampai saat ini, meski aku belum sempurna mencintai Rabbku itu..^_^
 


Pulang Pisau

9 komentar:

  1. Nikmat iman adalah nikmat terbesar kita sebagai seorang muslim muslimah.

    Ini ceritanya curhat, yah, ka Sas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sssttt... ini rahasia antar kita aja ya ai..😂😂😂

      Hapus
  2. Balasan
    1. Disini keknya udah dianggap hal yg biasa deh mbak pindab agama gitu..

      Hapus
  3. Balasan
    1. Iya kalau dipikir-pikir sayang banget mbak wid..😢

      Hapus
  4. Banyak kejadian macem itu dan jadi pembelajaran untuk kita.

    BalasHapus

10 Aktivitas Yang Bisa Kalian Coba #dirumahaja Selain Rebahan.

Hi Gaes. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga tetap   selalu sehat dan berbahagia bersama orang-oarang tersayang di rumah. Well, hari...