Aku lapar.
Sebelum berangkat sekolah tadi, memang aku belum sarapan. Itulah kenapa aku
berinisiatif untuk menghasut beberapa guru yang belum masuk kelas, untuk ikut
bersamaku sarapan ke kantin. Dan yeeaaaaayyy berhasil berhasil berhasil! Hore!
Hore! (kowe ki sa’jane lapo thow Ia??:D) 3
orang guru bersedia menemaniku (keknya
kau bakat jadi wanita penggoda deh Ia. #loh?? Hahaha udah jangan dianggap
serius!)
Like usually Mina
(sebutan Tante atau Bulek dalam bahasa dayak) kantinnya menyediakan menu soto
yang murah meriah tapi tetap enak di lidah (sebenernya
aku pengen makan nasi kuning sih, tapi nggak ada.#curhat.)
Sambil menikmati
semangkok soto dan segelas teh es, kami pun mengobrol ngalor ngidul, ngetan
ngulon. Sampai akhirnya pembicaraan kami pun sampai pada topik haji (padahal kan musim haji udah lewat yak?? Ah, cewek
mah gitu. Ngomongnya bisa berbagai topik:D). Lalu sambil menyuir-nyuir ayam
untuk soto, Mina kantin pun ikutan nimbrung, “uh, aku dulu naik haji masih
murah.”
Kebetulan kami
bertiga muslim semua. Dan kalimat Mina itu sukses membuat kami saling
berpandangan. Seorang teman sesama guru nyeletuk,
“Mina pernah naik
haji?”
“Sudah haji aku
ni nah.” Jawabnya mantap dengan logat Dayak Ngaju yang kental.
“Jaman kerusuhan
sampit dulu itu malahan. Lewat Philipina. Jadi pas kami pulang ke Sampit tuh
kami sudah yang takut banget kalau rumah
dan keluarga juga jadi korban.” sambung Mina itu lagi dengan mata berkaca-kaca
penuh kenangan. Maklum saat itu memang kacau sekali. Bentrokan antar etnis yang
menyebabkan banyak korban jiwa itu masih menyisakan trauma yang mendalam.
Mendengarnya,
kami kompak berpandangan kembali. Pasalnya setahu kami beliau pindah ke sini
itu karena mengikuti suaminya yang juga menjadi ketua komite sekolah. Jadi gini
ceritanya, beberapa waktu yang lalu istri Bapak Komite (begitulah kami menyebutnya:D) meninggal karena sakit. Mungkin
karena tidak betah menduda (ini sih
perkiraan ngasalku doang. Hehehe), beliau pun menikahi Mina.
Aku ingat betul
si Bapak pernah bercerita bahwa meskipun tadinya Mina adalah seorang muslim, Si
Mina memutuskan untuk mengikuti agama beliau saat dinikahi. Itu artinya saat
ini si Mina sudah menjadi non- muslim.
Dalam perjalanan
kembali ke kantor guru, seorang guru berkata lirih, “sayangnya lah Ia.. Itu
hajinya gimana ya?”
Aku diam menatap langit yang biru. Tiba-tiba aku merasa begitu bersyukur masih bisa merasakan nikmat iman dan nikmat islam sampai saat ini, meski aku belum sempurna mencintai Rabbku itu..^_^
Pulang Pisau
Nikmat iman adalah nikmat terbesar kita sebagai seorang muslim muslimah.
BalasHapusIni ceritanya curhat, yah, ka Sas?
Sssttt... ini rahasia antar kita aja ya ai..😂😂😂
Hapusoalah, kok bisa yaaa.
BalasHapusDisini keknya udah dianggap hal yg biasa deh mbak pindab agama gitu..
HapusHolllaa Mina La
BalasHapusWhat's up Mina Ci..😄
HapusSayang sekali ya Allah
BalasHapusIya kalau dipikir-pikir sayang banget mbak wid..😢
HapusBanyak kejadian macem itu dan jadi pembelajaran untuk kita.
BalasHapus