Tugas kali ini berat. Sungguh. Kami diminta untuk mereview cerpen karya
teman-teman kami sendiri. And guess what? Aku kebagian mereview cerpennya mbak
April Cahaya. Aku yang seperti sebutir nasi di pinggiran mejik kom ini
berani-beraninya mengomentari karya seorang April Cahaya. Punya kababilitas apa
coba?? Apa kata dunia?? Hahaha semoga saja penggemarnya tak menghujatku setelah
ini. Percayalah, aku juga termasuk penggemar mbak April. Semoga ini bisa jadi
salah satu pertimbangan mereka untuk tidak menimpukku dengan sandal..:D
But, namanya tugas mau tak mau tetap harus dilaksanakan. Daripada simpanan
nyawaku hilang dan dikeluarkan dari kelas? Kan eman-eman. Aku hanya bisa
memohon maaf sebesar-besarnya jika terdapat sesuatu yang kurang berkenan dari
tulisan ini. Karena ketahuilah sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Allah,
ujar Dorce Gamalama. (apalah..)
Baiklah cukup segitu saja pengantarnya. Ini bagian seriusnya.
Setelah aku membaca dengan seksama membaca cerpen mbak April yang berjudul “Lelah”
ini, ada beberapa hal yang menjadi fokus perhatianku. Diantaranya adalah di awal
cerita sebagai penikmat fiksi, aku suka sekali deskripsi mbak April tentang
riuhnya jalan raya. Seakan bisa membayangkannya di depan mata. Pembukaannya
kuat. Pengen bunuh diri. Hanya yang menurutku kurang adalah greget dari
konfliknya. Seperti agak nanggung. Seperti sedang di PHP-in sama gebetan. Hikz..
Jika saja digambarkan lebih jauh mengapa
si Rin ini benci sekali di rumah pasti lebih seru lagi. Mungkin tentang mengapa
Rin tidak suka bapak tirinya itu? atau hal lain yang bikin Rin jengkel setengah
mati sama setan kecil umur 5 tahun itu?
Yang kedua, di awal paragraf ada kalimat “Aku baru saja
melempar toples kaca yang entah dari mana aku dapatkan” dan dikatakan ponselnya hanya retak di layar. Tapi
di bagian selanjutnya ada kalimat “Aku tidak
mengambil pecahan ponsel yang baru saja aku lempar”. Ini agak
membingungkan. Sebenarnya yang dilempar itu toples atau ponsel? Atau justru
hatiku yang tak lagi berarti untukmu?? (#lohh.. hahaha maaf.. maaf..)
Yang ketiga, ada kalimat seperti ini “Tak
berapa lama dia melangkahkan kakinya keluar dari rumah..” menurut hemat
saya, kaki yang dilangkahkannya itu sudah barang tentu kaki miliknya sendiri,
jadi rasanya ..melangkahkan kaki keluar dari
rumah.. itu sudah cukup.
Dari karya-karya mbak April yang pernah ku baca di wattpad, gaya menulisnya
berbeda dengan yang ada di cerpen ini. Jadi seperti kehilangan ciri khasnya
mbak April selama ini gitu.. tapi mungkin saja ini hanya perasaanku saja.
Anyway.. aku memberikan apresiasi setingi-tingginya atas karya-karya mbak April
selanjutnya. Dan secara pribadi aku pun masih harus banyak belajar lagi dari
karya-karyanya itu.
Hehehe makasih mbk Sas kritiknya.. Seneng banget lho karyaku dikomentari orang lain kayak gini. :)
BalasHapusHehe sama2 mbak april.. fighting!
HapusJadi penasaran tulisan mbak April
BalasHapusItu tinggal klik tulisan "lelah" langsung ke link cerpennya kok mbak..😁
HapusMantap reviwnya
BalasHapusIni pencitraan kok pak.. #lohh😂😂😂
HapusReviewnya ok, calon editor nih
BalasHapus😂😂😂aamiin... Makasih udah nyasar ke sini mbak..
HapusDetail ya mba
BalasHapusMasaa...😂
HapusBoleh dong ikutan baca cerpennya...
BalasHapusKlik kata "lelah" mas..
HapusEmakk ohh emakku 😍 tulisanmu selalu oke 😍
BalasHapusKamu kok tumben banget mampir ke lapak gue??😏😏😏#abiez kejeduk ya?😂
HapusEmakk ohh emakku 😍 tulisanmu selalu oke 😍
BalasHapusSaya suka tulisan yang kaya gini nih.
BalasHapusHeeh?? Yakin?? Tulisan acak kadut gini.. Hahaha
HapusMau baca juga dong mbak yg deskripsi riuh nya jalan raya 😁
BalasHapusJadi pengen baca cerpen karya Mba April berjudul Lelah ini.
BalasHapusSuka reviewnya jeli banget. Menurutku susahnya membuat karya fiksi adalah membangun kerangka logikanya. Setiap paragraf tidak kontradiktif di paragraf selanjutnya.
BalasHapusSuka reviewnya jeli banget. Menurutku susahnya membuat karya fiksi adalah membangun kerangka logikanya. Setiap paragraf tidak kontradiktif di paragraf selanjutnya.
BalasHapus