Selasa, 08 Agustus 2017

Mereview "Lelah"




Tugas kali ini berat. Sungguh. Kami diminta untuk mereview cerpen karya teman-teman kami sendiri. And guess what? Aku kebagian mereview cerpennya mbak April Cahaya. Aku yang seperti sebutir nasi di pinggiran mejik kom ini berani-beraninya mengomentari karya seorang April Cahaya. Punya kababilitas apa coba?? Apa kata dunia?? Hahaha semoga saja penggemarnya tak menghujatku setelah ini. Percayalah, aku juga termasuk penggemar mbak April. Semoga ini bisa jadi salah satu pertimbangan mereka untuk tidak menimpukku dengan sandal..:D

But, namanya tugas mau tak mau tetap harus dilaksanakan. Daripada simpanan nyawaku hilang dan dikeluarkan dari kelas? Kan eman-eman. Aku hanya bisa memohon maaf sebesar-besarnya jika terdapat sesuatu yang kurang berkenan dari tulisan ini. Karena ketahuilah sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik Allah, ujar Dorce Gamalama. (apalah..)

Baiklah cukup segitu saja pengantarnya. Ini bagian seriusnya.
Setelah aku membaca dengan seksama membaca cerpen mbak April yang berjudul “Lelah” ini, ada beberapa hal yang menjadi fokus perhatianku. Diantaranya adalah di awal cerita sebagai penikmat fiksi, aku suka sekali deskripsi mbak April tentang riuhnya jalan raya. Seakan bisa membayangkannya di depan mata. Pembukaannya kuat. Pengen bunuh diri. Hanya yang menurutku kurang adalah greget dari konfliknya. Seperti agak nanggung. Seperti sedang di PHP-in sama gebetan. Hikz..  Jika saja digambarkan lebih jauh mengapa si Rin ini benci sekali di rumah pasti lebih seru lagi. Mungkin tentang mengapa Rin tidak suka bapak tirinya itu? atau hal lain yang bikin Rin jengkel setengah mati sama setan kecil umur 5 tahun itu?

Yang kedua, di awal paragraf ada kalimat  Aku baru saja melempar toples kaca yang entah dari mana aku dapatkan” dan dikatakan ponselnya hanya retak di layar. Tapi di bagian selanjutnya ada kalimat “Aku tidak mengambil pecahan ponsel yang baru saja aku lempar”. Ini agak membingungkan. Sebenarnya yang dilempar itu toples atau ponsel? Atau justru hatiku yang tak lagi berarti untukmu?? (#lohh.. hahaha maaf.. maaf..)

Yang ketiga, ada kalimat seperti ini “Tak berapa lama dia melangkahkan kakinya keluar dari rumah..” menurut hemat saya, kaki yang dilangkahkannya itu sudah barang tentu kaki miliknya sendiri, jadi rasanya ..melangkahkan kaki keluar dari rumah.. itu sudah cukup.

Dari karya-karya mbak April yang pernah ku baca di wattpad, gaya menulisnya berbeda dengan yang ada di cerpen ini. Jadi seperti kehilangan ciri khasnya mbak April selama ini gitu.. tapi mungkin saja ini hanya perasaanku saja. Anyway.. aku memberikan apresiasi setingi-tingginya atas karya-karya mbak April selanjutnya. Dan secara pribadi aku pun masih harus banyak belajar lagi dari karya-karyanya itu.

21 komentar:

  1. Hehehe makasih mbk Sas kritiknya.. Seneng banget lho karyaku dikomentari orang lain kayak gini. :)

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Itu tinggal klik tulisan "lelah" langsung ke link cerpennya kok mbak..😁

      Hapus
  3. Balasan
    1. 😂😂😂aamiin... Makasih udah nyasar ke sini mbak..

      Hapus
  4. Emakk ohh emakku 😍 tulisanmu selalu oke 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamu kok tumben banget mampir ke lapak gue??😏😏😏#abiez kejeduk ya?😂

      Hapus
  5. Emakk ohh emakku 😍 tulisanmu selalu oke 😍

    BalasHapus
  6. Mau baca juga dong mbak yg deskripsi riuh nya jalan raya 😁

    BalasHapus
  7. Jadi pengen baca cerpen karya Mba April berjudul Lelah ini.

    BalasHapus
  8. Suka reviewnya jeli banget. Menurutku susahnya membuat karya fiksi adalah membangun kerangka logikanya. Setiap paragraf tidak kontradiktif di paragraf selanjutnya.

    BalasHapus
  9. Suka reviewnya jeli banget. Menurutku susahnya membuat karya fiksi adalah membangun kerangka logikanya. Setiap paragraf tidak kontradiktif di paragraf selanjutnya.

    BalasHapus

10 Aktivitas Yang Bisa Kalian Coba #dirumahaja Selain Rebahan.

Hi Gaes. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga tetap   selalu sehat dan berbahagia bersama orang-oarang tersayang di rumah. Well, hari...