Senin, 15 Agustus 2016

Tangan Kasar Anakku



             

   Aku punya seorang anak. Siswa maksudnya (aku suka memanggil mereka dengan sebutan anak). Dia sudah lulus 2 tahun yang lalu. Sejak lama, aku sudah berusaha menghubunginya. Mencoba menelponya. Menghubunginya via sosial media. Tapi hasilnya tetap saja nihil. Ia seperti ditelan bumi. Menghilang tanpa jejak. Bukannya apa-apa sih. Alasan mengapa aku begitu ngotot mencarinya adalah dia belum mengambil ijazah juga SKHUN-nya. 

             Lalu aku pun bertanya pada teman-temannya tentang keberadaannya. Mereka hanya menjawab, “sepertinya dia di hulu bu.” 

             Hulu adalah nama lain dari kabupaten Gunung Mas yang menjadi daerah hulu sungai Kahayan. Seperti yang pernah ku tulis pada post blog sebelumnya, Sungai Kahayan merupakan sungai dengan panjang 600 km yang membelah Provinsi Kalimantan Tengah. Melewati tiga kabupaten, yaitu kabupaten Gunung Mas, kota Palangkaraya, dan kabupaten Pulang Pisau lalu bermuara di Laut Jawa.

             Sudah jamak diketahui bahwa hulu sungai Kahayan merupakan sumber penghasil emas terbesar di Kalimantan Tengah. Mungkin itulah asal usul dari penamaan kabupaten Gunung Mas. Maka, pahamlah aku, anakku yang satu itu tentu ikut menambang emas di sana.

Hari berlalu, bulan berganti. Tak disangka-sangka. Hari ini dia datang ke sekolah. Hendak mengambil ijazahnya. Kulitnya lebih coklat dari yang terakhir kali aku melihatnya. Tubuhnya juga agak kurusan. Dia menyalamiku sambil tersenyum manis. 

“Apa kabar bu?” tanyanya padaku.

Aku pun menyambut uluran tangannya. Tangannya kasar sekali, batinku.

“Ya ampun, kamu dari mana aja? Ibu nyari-nyari kamu loh.” Jawabku.

Ia tertawa kecil. Memamerkan deretan giginya yang tersusun rapi.

“Maaf bu saya baru datang. Saya kerja. Nambang emas di hulu.” Katanya 

“Owh, iya. Terus setelah ini kamu mau kerja lagi?” tanyaku.

“Nggak bu. Uang saya sudah cukup. Saya mau kuliah.” Jawabnya dengan mantap.

Aku kaget lalu dengan segera mengagumi semangatnya. Bahwa betapapun sulitnya kehidupannya ia tetap tegak dan berusaha menghadapinya. Bahwa tak peduli betapa pun kasarnya tangannya, ia tetap menolak untuk menyerah pada cita-citanya. Meskipun teman-temanya sudah berlari lebih dulu dua tahun yang lalu, ia tetap berlari sekuat hati.

Ah, nak.. terima kasih. Tangan kasarmu telah memberi ibu pembelajaran baru hari ini. Semoga semua kebaikan terlimpah untukmu. ^_^


#OneDayOnePost
#Yukngbloglagi
Palangkaraya
15 Agustus 2016



5 komentar:

  1. Aku menangis membacanya, semoga anakku juga punya semangat seperti itu

    BalasHapus
  2. Iya mbak.. sampe sekarang aku masih terngiang-ngiang kasarnya tangannya itu. Amiin.. semoga anakku juga..(anakku beneran maksudnya..😄😄😄)

    BalasHapus

10 Aktivitas Yang Bisa Kalian Coba #dirumahaja Selain Rebahan.

Hi Gaes. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga tetap   selalu sehat dan berbahagia bersama orang-oarang tersayang di rumah. Well, hari...