Aku
punya seorang anak. Siswa maksudnya (aku suka memanggil mereka dengan
sebutan anak). Dia sudah lulus 2 tahun yang lalu. Sejak lama, aku sudah berusaha
menghubunginya. Mencoba menelponya. Menghubunginya via sosial media. Tapi hasilnya
tetap saja nihil. Ia seperti ditelan bumi. Menghilang tanpa jejak. Bukannya apa-apa
sih. Alasan mengapa aku begitu ngotot mencarinya adalah dia belum mengambil
ijazah juga SKHUN-nya.
Lalu
aku pun bertanya pada teman-temannya tentang keberadaannya. Mereka hanya
menjawab, “sepertinya dia di hulu bu.”
Hulu
adalah nama lain dari kabupaten Gunung Mas yang menjadi daerah hulu sungai
Kahayan. Seperti yang pernah ku tulis pada post blog sebelumnya, Sungai Kahayan
merupakan sungai dengan panjang 600 km yang membelah Provinsi Kalimantan Tengah.
Melewati tiga kabupaten, yaitu kabupaten Gunung Mas, kota Palangkaraya, dan
kabupaten Pulang Pisau lalu bermuara di Laut Jawa.
Sudah jamak diketahui
bahwa hulu sungai Kahayan merupakan sumber penghasil emas terbesar di
Kalimantan Tengah. Mungkin itulah asal usul dari penamaan kabupaten Gunung Mas.
Maka, pahamlah aku, anakku yang satu itu tentu ikut menambang emas di sana.
Hari berlalu, bulan berganti. Tak disangka-sangka. Hari ini dia datang ke
sekolah. Hendak mengambil ijazahnya. Kulitnya lebih coklat dari yang terakhir kali aku melihatnya. Tubuhnya juga agak
kurusan. Dia menyalamiku sambil tersenyum manis.
“Apa kabar bu?” tanyanya padaku.
Aku pun menyambut uluran tangannya. Tangannya kasar sekali, batinku.
“Ya ampun, kamu dari mana aja? Ibu nyari-nyari kamu loh.” Jawabku.
Ia tertawa kecil. Memamerkan deretan giginya yang tersusun rapi.
“Maaf bu saya baru datang. Saya kerja. Nambang emas di hulu.” Katanya
“Owh, iya. Terus setelah ini kamu mau kerja lagi?” tanyaku.
“Nggak bu. Uang saya sudah cukup. Saya mau kuliah.” Jawabnya dengan mantap.
Aku kaget lalu dengan segera mengagumi semangatnya. Bahwa betapapun
sulitnya kehidupannya ia tetap tegak dan berusaha menghadapinya. Bahwa tak
peduli betapa pun kasarnya tangannya, ia tetap menolak untuk menyerah pada
cita-citanya. Meskipun teman-temanya sudah berlari lebih dulu dua tahun yang
lalu, ia tetap berlari sekuat hati.
Ah, nak.. terima kasih. Tangan kasarmu telah memberi ibu pembelajaran baru
hari ini. Semoga semua kebaikan terlimpah untukmu. ^_^
#OneDayOnePost
#Yukngbloglagi
Palangkaraya
15 Agustus 2016
Aku menangis membacanya, semoga anakku juga punya semangat seperti itu
BalasHapusIya mbak.. sampe sekarang aku masih terngiang-ngiang kasarnya tangannya itu. Amiin.. semoga anakku juga..(anakku beneran maksudnya..😄😄😄)
BalasHapusIyo mbrebes mata saya membacanya
BalasHapusWaaahh ada yang naro bawang neh..😂
HapusIyo mbrebes mata saya membacanya
BalasHapus