Alesha menatap
bayangannya di cermin rias kamarnya dengan perasaan campur aduk. Antara cemas,
gugup, aneh, dan bahagia. Tangannya mengetuk-ngetuk sebuah papan nama
bertuliskan Krissandi Dirgantara yang tercetak dalam huruf balok. Papan nama
yang tak sengaja ditemukannya di lapangan belakang gedung laboratorium
sekolahnya beberapa tahun yang lalu. Pemilik papan nama itu adalah seorang anak
laki-laki tengil yang menyebalkan namun selalu ringan tangan menolongnya.
Ia mengobati luka
Alesha, membantunya belajar, hingga membuatnya tertawa. Krisslah yang mampu
membuat Alesha sedikit bisa melupakan perbuatan Mamahnya yang kerap kali
menyiksanya, hanya karena wajah Alesha mengingatkan pada Papahnya yang lari
dengan wanita lain. Kehidupan Alesha yang muram menjadi lebih berwarna setelah
bertemu dengan anak laki-laki pemilik papan nama itu. Meski di depan siswa lain
Kriss yang merupakan ketua OSIS dan Alesha si siswa pemurung selalu bersikap seolah-olah
tak saling mengenal, itu tak lantas membuatnya berhenti perlahan-lahan menulis
nama anak laki-laki itu di hatinya.
Tanpa sadar ia
mulai mengigiti bibirnya yang telah dipoles lipstick berwarna pink lembut. Kata
Rere, ia nampak begitu cantik. Tapi Alesha masih merasa riasannya terlalu
berlebihan. Berkali-kali ibu perias yang membimbingnya untuk duduk dengan
tenang mengingatkan Alesha untuk tidak mengutak-atik hasil karyanya. Ia memandangi cincin emas putih cantik yang kini melingkar di jari manisnya.Masih dengan berbagai perasaaan yang tak menentu.
Perjanjian suci telah diikrarkan. Sebuah ikatan telah tercipta. Keramaian
di sekelilingnya seakan-akan menjadi begitu samar di telinga Alesha. Beberapa
orang membimbingnya keluar. Tapi ia masih sibuk dengan pikirannya. Ah, ini
terlalu baik. Dan terlalu baik itu tidak baik. jangan-jangan ini hanya mimpi,
pikir Alesha curiga.
Namun demi
melihat Kriss yang tersenyum di sana, ia pun mulai memantapkan langkahnya. Ah,
orang itu, batin Alesha lagi.
![]() |
ini cuma ilustrasi yak.. jangan baper fansnya Solim..^_^ |
“Hari ini kau
terlihat cantik.” Bisik Kriss saat mereka telah duduk bersanding di pelaminan.
Alesha bersemu
merah. “Baru hari ini kau memujiku cantik.”
Itu karena hari
ini mata indahmu tak lagi memancarkan pendar luka, jawab Kriss dalam hati.
Kriss tersenyum.
“Kau takkan
pernah sendirian lagi.” Kata Kriss lagi menatap mata cantik Alesha dengan penuh cinta.
“Apa sekarang kau
mau mengakui kalau kau sebenarnya sudah lama jatuh hati padaku?” tanya Alesha
lagi menggoda.
Kriss tertawa
renyah, mengabaikan beberapa tamu undangan yang menoleh keheranan melihat
pasangan pengantin itu. Kriss dan Alesha kembali mengenang pertemuan mereka di
atap sekolah.
***
“Wah, bagaimana
ini kau telah membagi rahasiamu denganku. Kau harus melakukan sesuatu agar aku
tak menyebarkannya.” Kata Kriss dengan tengil.
Alesha mengerenyitkan
dahinya. Apa aku salah mengira dia teman baik?, pikir Alesha.
“Apa maksudmu? Ku
pikir kita..” Alesha bingung.
“Kita?? Kenapa
anak perempuan suka sekali mendramatisir sesuatu?”
Tanpa sadar
Alesha mengigiti bibirnya. “Apa yang kau ingin aku lakukan?”
Dengan tatapan
mengancam Kriss menjawab, “aku tidak berharap kau akan mendapatkan luka baru
lagi. Tapi kau harus menemuiku setiap hari. Entah di sini atau di bawah pohon
Akasia di belakang gedung laboratorium. Kau tidak diizinkan untuk menyembunyikan
lukamu dariku. Intinya jangan coba-coba mangkir. Aku ketua OSIS. Guru-guru akan
segera bertindak jika aku menceritakankan rahasiamu. Dan bisa jadi Mamahmu akan
diperkarakan secara hukum.”
Alesha melongo
dengan tatapan bingung.
“Aku ini tipe
laki-laki pahlawan yang tak bisa mengabaikan gadis ringkih penuh luka
sepertimu.” Kata Kriss lagi dengan nada menyesali diri sendiri.
Alesha masih
melongo, kali ini dengan tatapan aneh yang berlipat.
***
The End
# Dah kayak apa aja pake the end-the end segala..
hahahaha Terimakasih ya yang sudah
mengikuti ‘Pendar
Luka’ dari awal. Krisannya ya kakaaakkk...:D
Sampai jumpa di
kisah-kisah lainnya..salam ^_^
Pulang Pisau
Asek kriss dan alessha. Uhuy
BalasHapusKrisannya kakaaaaakkkkk...😂
BalasHapussenangnya kalo happy ending
BalasHapusHehe iya.. aku nggak terlalu suka sad ending mbak..
Hapussenangnya kalo happy ending
BalasHapusBapeeerrr, ahihi
BalasHapus