Minggu, 11 Desember 2016

Karindangan #2


Bagian sebelumnya baca di sini

“Nur, apa cita-citamu nanti?” tanya Amang Syam padaku saat kami pulang sekolah bersama.

“Kalau Amang?” tanyaku balik.

“Amang handak jadi dokter.”

“Mun kayak itu Nur handak jadi dokter jua!” jawabku mantap.

“Haw, kenapa jadi umpat-umpat amang??” tanya amang Syam lagi. Kali ini ia tersenyum dengan sangat indah.

“Pokoknya Nur handak umpat amang ja tarus. Kamana haja ulun umpat tu pang.” Aku tersenyum lebar.

Amang lalu mengacak-acak rambutku.

Amang adalah adik Mama yang paling terakhir. Umur kami hanya terpaut lima tahun. Sejak kecil kami memang sering bersama. Mama sering menyuruh amang untuk menjagaku selagi mereka bekerja di toko kain milik kakek di pasar Kandangan.

Tak aneh aku pun begitu lengket dengan amang. Amang Syam menemaniku belajar, juga mengajariku mengaji. Ia menjelma menjadi sosok pahlawan yang ku kagumi lalu mewujud menjadi sosok laki-laki idamanku.

Saat Amang mendapatkan beasiswa untuk kuliah ke Jogja, aku merengek pada Mama dan Abah agar berkenan menyekolahkanku di Jogja juga. Tapi Abah tak mengizinkan. Anak perempuannya harus selalu dekat dengannya, begitu kata beliau. Aku pun menahan perasaanku. Baru kali itu aku terpisah jauh dari amang untuk waktu yang lama. Karenanya setiap amang liburan pulang, selalu menjadi waktu yang istimewa. Tak bosan-bosannya aku meminta amang bercerita tentang Jogja. Kota seperti apakah jogja itu, bagaimana orang-orang di sana sama kah dengan di Martapura? Lalu aku pun dapat dengan puas memandang amang bercerita panjang lebar dengan penuh semangat.

Saat Amang diwisuda, aku sudah duduk di kelas XII Aliyah. Amang meminta mama dan abah mendampinginya saat wisuda. Entah kena angin apa abah pun setuju. Untuk pertama kalinya aku pun bisa melihat sebuah kota cantik di tanah Jawa. Benar kata Amang, Jogja merupakan kota yang istimewa. Aku pun terpikat oleh pesonanya. Segera saja aku memutuskan untuk kuliah di kota itu setelah lulus Aliyah.

“Apa?? Kau ini perempuan Nur! Mana bisa kau pergi jauh seorang diri. Tidak. Kau tak usah kuliah. Sudah cukup kau sekolah hingga Aliyah. Abah akan menikahkanmu dengan seorang laki-laki baik dari keluarga yang terpandang di Martapura. Keluarga mereka bersedia memberikan uang jujuran sesuai dengan kesepakatan”

Seketika pecahlah mimpi-mimpiku. Menikah? Tak pernah aku membayangkan akan menikahi seorang laki-laki yang bahkan tak ku tahu bagaimana rupanya. Apa kata Abah? Uang jujuran sesuai kesepakatan? Sungguh aku merasa sedang diperdagangkan oleh ayahku sendiri. Aku pun mengadu pada ibu.

Namun perempuan pendiam yang selalu taat pada suaminya itu hanya berkata lirih, “Nur, Abahmu tentu selalu menginginkan yang terbaik untukmu. Percayalah tak ada orang tua di dunia ini yang mau menjerumuskan anaknya sendiri. Anggaplah ini sebagai baktimu kepada kami nak. Lagipula Ridwan tentu akan mengasihimu selalu sebagai istrinya.”

Tiba-tiba aku merasa begitu kesepian. Benar adalah tugas seorang anak untuk berbakti kepada orang tuanya, tapi bukankah ini kehidupanku? Apakah aku benar-benar tak memiliki hak barang sedikit untuk menjalani kehidupan seperti apa yang ingin ku jalani? Ah, begitu tega ibu berkata seperti itu. Tak tahu kah ibu kata-katanya sungguh mengiris hatiku. Bagaimana bisa aku menolak jka sudah demikian? Beginikah nasib seorang anak perempuan? Ah, amang Syam, seandainya kau ada di sini, seandainya aku bisa mengikuri amang Syam ke Jogja...

Tapi semua pengandaian pun tak berguna pada akhirnya. Seluruh harap, juga doaku, tak berdaya ketika berbenturan dengan kerasnya hati abah. Amang Syam menangis tanpa air mata melihatku bersanding di pelaminan. Aku bisa melihat matanya yang memancarkan luka dan kesedihan yang dalam.



Ah, ini sudah benar, kau sudah melakukan hal yang benar Nur, hiburku dalam hati.
Bukankah membahagiakan orang tua merupaka sebuah kebaikan? Yang akan mengembangkan banyak kebaikan lainnya? 

***

Pulang Pisau

6 komentar:

10 Aktivitas Yang Bisa Kalian Coba #dirumahaja Selain Rebahan.

Hi Gaes. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga tetap   selalu sehat dan berbahagia bersama orang-oarang tersayang di rumah. Well, hari...