Jumat, 09 Desember 2016

Karindangan



Amang sudah. Kada usah pian kejar.” Kataku meneriaki laki-laki yang wajahnya terlihat sangat berang itu.

“Tidak Nur. Orang itu harus diberi pelajaran!! Berani-beraninya dia melakukan hal itu kepadamu.” Jawabnya penuh kemarahan.

Aku menahan air mataku. 


“Percuma amang. Ridwan sudah tulak.” teriakku tertahan dari atas rumah panggung. Aku menyentuh pipi kananku yang merah  akibat tamparan Ridwan yang kalap beberapa saat yang lalu.

Aku tak bisa melawan laki-laki bertubuh tinggi besar itu. Karenanya dengan perasaan terhina, juga luka di hati dan tubuhku, aku pun memutuskan untuk lari.  Ku abaikan telapak kakiku yang terasa perih akibat tergores kerikil dan semak tajam. Ku redam rasa sakitnya. Itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan semua penderitaan yang ku alami selama ini.

Aku terus berlari. Tak memperdulikan tatapan aneh orang-orang di jalan. Mereka pasti berpikir aku ini orang gila. Mana ada perempuan baik-baik yang berlari tanpa alas kaki, dengan rambut acak-acakan dan pakaian robek malam-malam begini.

Dengan napas satu-satu aku pun sampai di rumah orang tua ku yang begitu terkejut melihat keadaanku. Lebam di sekujur tubuhku menjadi bukti nyata betapa laki-laki yang menjadi suamiku selama tiga bulan terakhir itu bukanlah laki-laki sebaik yang disangkakan orang tuaku. Tak ku sangka ada amang Syamsuri di sana. Baru saja selesai membantu abah yang melaksanakan kegiatan pengajian warga  yang rutin digelar setiap malam Jum’at, di rumah.

“Nur, tidak mungkin Ridwan meninggalkanmu begitu saja tanpa ada alasan. Jujurlah apa yang sudah kau lakukan hingga ia begitu murka padamu?” tanya Abah gelisah.

Aku terkesiap. Bagaimana bisa Abah bertanya seperti itu? Sementara dengan mata kepalanya sendiri ia dapat melihat hasil perbuatan Ridwan terhadap putrinya. Hatiku yang sakit akibat perlakuan Ridwan bertambah perih karena pertanyaan  Abah itu. Aku menunduk. Diam.

“Sudahlah kak.. biarkan Nur istirahat dulu.” Kata Amang Syam menengahi.

“Tak bisa Syam. Dia baru menikah selama 3 bulan. Bagaimana bisa dia disarak dalam waktu yang teramat singkat? Ini mencoreng nama baik keluarga kita. Ini memalukan!!”

Pada akhirnya aku tak lagi mampu menahan air mataku yang mulai berontak mengalir keluar. Dan semua tiba-tiba menjadi hitam.

***


Kosa kata dalam bahasa Banjar
* Amang sudah. Kada usah pian kejar : om, sudah. Tak perlu dikejar
*tulak : pergi, berangkat
*sarak : cerai

7 komentar:

  1. Sarak saja dengan lelaki macam tu, huh.

    BalasHapus
  2. Yuk, bakar dia*eh. KeZeL. Hehe. Suku Jawa dong neng, bikin ceritanya hihi

    BalasHapus
  3. Jangan basarakan lah, cuba pintaakan banyu dulu wadah urang alim, kalo kawa ja di tambai :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiih le.. Bujur jua.. Bah.. Kanapa pian kada mamadahi mulai semalam2 nah?? 😂😂😂

      Hapus
  4. Sesak dadaku membacanya, mba. 😭😭

    BalasHapus

10 Aktivitas Yang Bisa Kalian Coba #dirumahaja Selain Rebahan.

Hi Gaes. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga tetap   selalu sehat dan berbahagia bersama orang-oarang tersayang di rumah. Well, hari...