google image |
Tentu saja, aku akan langsung memelukmu. Perempuan cantik berwajah sedih, yang beberapa
waktu terakhir ini selalu tertidur di lantai kamar yang dipasangi wallpaper
gajah, jerapah, dan sebuah pohon besar sembari memeluk salah satu baju
anakmu itu.
“Anya, ini bukan salahmu. Berhenti menyalahkan
dirimu sendiri. Kamu bukan pembunuh Aidan. Aku yakin, Aidan justru akan sedih
sekali kalau tau Mamahnya sebegini sedihnya karena kepergiannya,” bisikku sembari
ikut menangis bersamamu.
Aku tahu apapun yang kuucapkan, kalimat-kalimat
penghiburan macam apapun, akan segera luruh berserakan ketika berhadapan dengan
kesedihanmu. Tapi seperti Bapak Aldebaran Risjad yang tak kan pernah mau
menyerah terhadap pernikahan kalian, aku pun akan tetap mengatakan
kalimat-kalimat penghiburan “basi” itu.
Ah, Aku tahu hanya kamu, sebagai Mamah Aidan yang
mengerti bagaimana sakitnya kehilangan buah hati. Tapi, meski demikian,
sepertinya aku sedikit mengerti.
Walaupun yah, harus ku akui aku memang sedikit
lebih beruntung karena sempat menghabiskan beberapa waktu dengan Anam. Aku
pernah menggendongnya. Melihat senyumnya. Mendengarkan lengkingan tangisannya.
Aku bahkan pernah mengejarnya yang lari menghindariku. Hahaha.. padahal rasanya
baru kemarin aku melihatnya belajar jalan. Tertatih-tatih dan kerap kali
terjatuh. Hari itu ia berlari begitu kencang menghindariku yang ingin
menggendongnya. Aku belum menceritakan padamu tentang Anam ya? Dia keponakanku
satu-satunya. Sekarang mungkin umurnya sudah 3 tahun.
Kalau kamu melihatnya, kamu juga pasti akan
terpikat dengan wajah lucu menggemaskannya. Dia memang bukan anakku. Tapi aku
benar-benar menyayangi Si Cakep itu. Aku yakin kalau mereka berdua bertemu,
Aidan dan Anam bisa menjalin persahabatan seperti persahabatanmu dengan Tara
dan Agnes. Yah, walaupun aku sih lebih berharap mereka tidak akan mewarisi
kegilaan kalian. Hahaha ...
Ah, Tanya ... sebenarnya aku ingin sekali melabrak
Bapak Aldebaran Risjad saja. Bagaimana bisa sih mulutnya mengatakan hal sejahat
itu? Apa boleh aku menimpuknya dengan batako? Tenang saja, atlet football itu
tidak akan mati dengan mudah. Bahkan kalaupun dia mati, dokter yang
memeriksanya akan menuliskan cause of the death-nya itu bukan karena habis
ditimpuk batako tapi karena tersiksa merindukanmu, Nya. Istrinya sendiri.
Kamu boleh menyangsikannya. Tapi percaya deh Nya,
Ale juga sama sedihnya sepertimu. Rasa kehilangannya juga sebesar rasa
kehilanganmu. So, ketimbang kalian saling diem-dieman dengan memendam luka
masing-masing, aku lebih setuju kalian menghadapinya bersama-sama. Sebagai pasangan
suami-istri sesungguhnya.
Be tough ya Tanya Laetitia Baskoro Risjad ... dan berbahagialah ... selalu.
*Tanya dan Ale adalah tokoh dalam novel Critical Eleven karya Ika Natassa
#TantanganRCO
#RCO'3
#OneDayOnePost
Oke banget...dibuat cerbung mbak...hehehe
BalasHapusOke banget...dibuat cerbung mbak...hehehe
BalasHapusWahh.. Makasih... Ini pakdhe kan?
HapusIni judule apa Bu? Seru kayaknya...
BalasHapusCritical Eleven pak..
HapusT_T
BalasHapusLha kenapa mbak Nia?😂
HapusCakep...
BalasHapusAku? Waahh .. Makasih wie...😍😍😂
Hapus