Rabu, 18 April 2018

Berbahagialah, Nya!

google image

Tentu saja, aku akan langsung memelukmu.  Perempuan cantik berwajah sedih, yang beberapa waktu terakhir ini selalu tertidur di lantai kamar yang dipasangi wallpaper gajah, jerapah, dan sebuah pohon besar sembari memeluk salah satu baju anakmu itu.

“Anya, ini bukan salahmu. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Kamu bukan pembunuh Aidan. Aku yakin, Aidan justru akan sedih sekali kalau tau Mamahnya sebegini sedihnya karena kepergiannya,” bisikku sembari ikut menangis bersamamu.

Aku tahu apapun yang kuucapkan, kalimat-kalimat penghiburan macam apapun, akan segera luruh berserakan ketika berhadapan dengan kesedihanmu. Tapi seperti Bapak Aldebaran Risjad yang tak kan pernah mau menyerah terhadap pernikahan kalian, aku pun akan tetap mengatakan kalimat-kalimat penghiburan “basi” itu.

Ah, Aku tahu hanya kamu, sebagai Mamah Aidan yang mengerti bagaimana sakitnya kehilangan buah hati. Tapi, meski demikian, sepertinya aku sedikit mengerti. 

Walaupun yah, harus ku akui aku memang sedikit lebih beruntung karena sempat menghabiskan beberapa waktu dengan Anam. Aku pernah menggendongnya. Melihat senyumnya. Mendengarkan lengkingan tangisannya. Aku bahkan pernah mengejarnya yang lari menghindariku. Hahaha.. padahal rasanya baru kemarin aku melihatnya belajar jalan. Tertatih-tatih dan kerap kali terjatuh. Hari itu ia berlari begitu kencang menghindariku yang ingin menggendongnya. Aku belum menceritakan padamu tentang Anam ya? Dia keponakanku satu-satunya. Sekarang mungkin umurnya sudah 3 tahun.

Kalau kamu melihatnya, kamu juga pasti akan terpikat dengan wajah lucu menggemaskannya. Dia memang bukan anakku. Tapi aku benar-benar menyayangi Si Cakep itu. Aku yakin kalau mereka berdua bertemu, Aidan dan Anam bisa menjalin persahabatan seperti persahabatanmu dengan Tara dan Agnes. Yah, walaupun aku sih lebih berharap mereka tidak akan mewarisi kegilaan kalian. Hahaha ...

Ah, Tanya ... sebenarnya aku ingin sekali melabrak Bapak Aldebaran Risjad saja. Bagaimana bisa sih mulutnya mengatakan hal sejahat itu? Apa boleh aku menimpuknya dengan batako? Tenang saja, atlet football itu tidak akan mati dengan mudah. Bahkan kalaupun dia mati, dokter yang memeriksanya akan menuliskan cause of the death-nya itu bukan karena habis ditimpuk batako tapi karena tersiksa merindukanmu, Nya. Istrinya sendiri.

Kamu boleh menyangsikannya. Tapi percaya deh Nya, Ale juga sama sedihnya sepertimu. Rasa kehilangannya juga sebesar rasa kehilanganmu. So, ketimbang kalian saling diem-dieman dengan memendam luka masing-masing, aku lebih setuju kalian menghadapinya bersama-sama. Sebagai pasangan suami-istri sesungguhnya.

Be tough ya Tanya Laetitia Baskoro Risjad ... dan berbahagialah ... selalu.



*Tanya dan Ale adalah tokoh dalam novel  Critical Eleven karya Ika Natassa


#TantanganRCO
#RCO'3
#OneDayOnePost

9 komentar:

10 Aktivitas Yang Bisa Kalian Coba #dirumahaja Selain Rebahan.

Hi Gaes. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga tetap   selalu sehat dan berbahagia bersama orang-oarang tersayang di rumah. Well, hari...