Pagi itu Ziyu Si Anak Ayam kesal sekali. Wajahnya merah.
Napasnya memburu. Aaaarrgghh ... ini pasti kerjaan Umin Si Kucing! Geramnya dalam
hati saat melihat buku-buku di kamarnya berhamburan. Umin itu teman sekaligus
tetangganya. Dia suka sekali main ke rumah Ziyu untuk membaca buku-buku cerita
milik Ziyu. Soalnya Umin nggak punya buku cerita sebanyak Ziyu. Ziyu sih suka
saja meminjamkan buku ceritanya. Apalagi Umin sering membantunya dan
mengajaknya pulang sekolah bersama. Tapi, yang menyebalkan itu Umin jarang
sekali mau mengembalikan buku-buku yang dibaca ke tempat semula. Padahal Ziyu
sudah berkali-kali memberitahu Umin. Alhasil, kamar Ziyu pun berantakan. Ziyu
tidak suka kamarnya berantakan.
Ziyu pun segera mencari Umin. Ah, itu Umin sedang
di dapur. Dia pasti sedang makan kue buatan Ibu, sungut Ziyu dalam hati. Cepat-cepat
Ziyu menghampiri Umin.
“Eh, Umin! Aku kan udah berkali-kali
memberitahumu. Kalau habis baca bukuku itu langsung kembalikan ke rak. Kenapa kamu
malah menghamburkan dan membuat kamarku jadi berantakan?” cecar Ziyu dengan
nada tinggi. Meluapkan kemarahannya.
Umin kaget.
“Aku belum pergi ke kamarmu kok,” jawab Umin
bingung.
“Halah, jangan bohong! Kalau bukan kamu siapa lagi
yang bikin kamarku berantakan seperti itu?” hardik Ziyu.
“Jangan marah dulu Ziyu, aku memang belum pergi ke
kamarmu. Aku baru sampai kok tadi dipanggil Mamahmu.” kata Umin.
Ziyu bertambah marah dengan jawaban Umin yang
nggak mau mengakui perbuatannya.
“Kamu ini menyebalkan sekali!” bentak Ziyu lalu
mendorong Umin. Umin pun terjatuh.
Mamah Ziyu yang baru saja masuk ke dapur memekik
kaget.
“Astaghfirullah Ziyu ... kenapa kamu mendorong
Umin?” tanya Mamah Ziyu sambil membantu Umin berdiri. “Umin kamu nggak apa-apa nak?”
“Nggak apa-apa kok Mamah Ziyu,” jawab Umin sambil
tersenyum.
Ziyu kaget melihat Mamahnya tiba-tiba datang. Ah,
tapi kan Umin yang salah nggak mau ngaku kalau sudah bikin kamarku berantakan,
kata Ziyu dalam hati.
Setelah Umin berpamitan pulang. Mamah pun mengajak
Ziyu berbicara.
“Mamah sedih deh liat perlakuan Ziyu ke Umin.
Mamah kan nggak pernah ngajarin Ziyu buat ngedorong teman sendiri.”
“Maaf Mah, habisnya Umin nggak mau ngaku sih sudah
ngeberantakin kamarnya Ziyu.” Jawab Ziyu sebal.
“Yang ngeberantakin kamar Ziyu itu bukan Umin.
Umin kan baru aja sampe tadi karena Mamah panggil. Mamah mau nitip kue pesanan
Bundanya Umin.”
“Jadi ... Umin memang belum masuk kamar Ziyu Mah?”
tanya Ziyu terkejut.
“Terus yang bikin kamar Ziyu berantakan siapa
dong?”
“Coba tanya Riyu. Katanya tadi dia mau meminjam
buku ceritamu.” kata Mamah lagi. Riyu itu adiknya Ziyu yang kadang juga suka
bikin Ziyu kesal. Aduuh ... jadi Umin memang belum ke kamarnya. Ziyu langsung
merasa menyesal karena sudah marah-marah bahkan sampai mendorong Umin.
“Nah, makanya Ziyu, kalau ada apa-apa, dibicarakan
aja dulu baik-baik. Jangan langsung marah-marah nak. Nggak baik,” kata Mamahnya
lembut.
“Iya Mah, Ziyu menyesal,” jawab Ziyu pelan.
“Ya sudah, nanti bawa kue brownis ini ke rumah Umin.
Ziyu minta maaf sama Umin ya ...”
“Tapi Mah, kalau Umin marah sama Ziyu gimana?”
“Ya nggak apa-apa tadi kan Ziyu udah marahin Umin?”
tanya Mamah menggoda.
“Aaa ... Mamah ...”
“Hahaha ... Mamah yakin Umin nggak akan marah kok.
Dia kan nggak kayak anak Mamah yang gampang marah ini ...” kata Mamah lagi.
Ziyu cemberut.
“Yang penting, Ziyu minta maaf dengan tulus dan
janji nggak akan gampang marah-marah lagi.” Kata Mamah Ziyu lagi.
“Iya Mah,” jawab Ziyu pelan.
***
#30DEM
#30DaysEmakMendongeng
#TemaMarahItuNggakBaik
#Day25 (seharusnya :d)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar