Kamis, 17 Maret 2016

Surat Untuk Mas Fatih (The End)

Lagian bukannya keluarga besar kita juga nggak setuju dengan hubungan kita? Walaupun dalam agama, pernikahan antar sepupu itu boleh. Pakde, bude, ah, Haya nggak tau siapa lagi yang nggak setuju dengan hubungan kita ini. Mas, bukankah menikah itu bukan hanya tentang penyatuan dua jiwa tapi juga tentang penyatuan keluarga?

Sekali lagi, maafkan Haya. Haya berhenti di sini.
Haya berdoa semoga mas selalu mendapatkan yang terbaik. Aamiin.


Salam Hormat selalu,
               
                                                                                                                                                          
Hayania Dinata


*** 


Ombak tak henti-hentinya menggempur jajaran karang di pantai itu. Seorang perempuan muda tampak begitu menikmati proses kembalinya sang surya ke peraaduannya sore itu. Warna-warna mega nampak begitu cantik mempesona. Haya sudah berdiri di sana setelah menyelesaikan sholat asharnya. Tak dirasakannya kepenatan perjalanan jauhnya dari Banjarmasin. Selain karena Haya memang sangat menyukai suasana sun set seperti itu, gadis berkerudung biru muda itu pun rasanya belum mampu benar-benar merelakan semua yang terjadi. Meskipun satu-satunya yang menjadi alasannya pergi ke kota kecil di ujung paling barat dari pulau Kalimantan segera setelah mengirimkan surat itu ke mas Fatih  itu adalah melupakan semuanya dan menata ulang kehidupannya. 


Angin pantai mempermainkan kerudungnya dengan nakal. Pantai pun memerah. Beberapa orang yang tadinya juga ikut menikmati keindahan sunset mulai beranjak pergi. Haya bergumam, “padahal suasananya lagi indah-indahnya, kenapa semua sudah pada mau pulang? Cocok nih buat ngelamar. Pasti romantis banget.” Haya tersenyum-senyum sendiri mengetahui betapa konyolnya pemikirannya itu. Tiba-tiba terdengar suara,


“menikahlah denganku.”


Haya tersentak. Suara itu.. ia pun menoleh.
Jantungnya seketika berdetak tak beraturan melihat laki-laki bertubuh tegap yang selama ini menghiasi doa-doanya itu, kini hanya berjarak dua meter di hadapannya.


“ Mas.. fatih..” kata Haya serak tertahan.


“Iya, ini mas.” Jawabnya seraya tersenyum. Walau terlihat lelah wajah tirusnya tetap berseri-seri.


“Tapi.. kenapa? Ba.. bagaimana bisa mas ada di sini?” tanya Haya tak mengerti.


“Tadi pagi suratmu baru nyampe di tangan mas. Baru beberapa kalimat mas baca, Jiana nelpon mas. Dia bilang kalau kamu sudah pergi sejak dua hari yang lalu. Mas tanya kemana? Dia bilang nggak tahu. Ponselmu juga nggak aktif lagi. Mas langsung ke Bandara nyari tiket keberangkatan pagi ini juga. Feeling mas bilang kamu pasti ke sini. Tapi sayangnya tiketnya habis dan keberangkatan selanjutnya baru ada minggu depan. Tadinya mas pikir, mungkin kita memang tak berjodoh. Tapi alhamdulillah, mungkin ini lah jalannya. Seorang penumpang bersedia memberikan tiketnya. Ternyata dia teman abah. Subhanallah.”


Hening.


“Ya, dari awal mas udah tahu semuanya. Kamu salah kalau mengira mas nggak akan melakukan apapun untuk mengetahui semua tentang calon istri mas. Jiana menjalankan tugasnya sebagai informan mas dengan sangat baik.” Kata Fatih sambil tersenyum.


“Jadi.. selama ini..” mata Haya berkaca-kaca. Dan akhirnya tangisannya pun menganak sungai membasahi pipinya.


“Mau kah kamu menikah dengan mas?” tanya Fatih kembali.


“Tapi.. Haya..”


“Mas nggak mau mendengar alasan apapun. Mas ke sini Cuma ingin tahu jawabanmu. Ya atau tidak? Ini ikhtiar terakhir mas untukmu. Ini bukti betapa berartinya kamu untuk mas.”


“Tapi.. kenapa??”


“Kenapa susah sekali meyakinkanmu Hayania Dinata? Tentu saja karna mas mencintaimu!” jawab Fatih sedikit gusar. Kadang-kadang Haya benar-benar tahu cara membuatnya frustasi setengah mati.


Haya terdiam.


“Bersediakah kamu menjadi istri mas? Mencintai mas seperti mas mencintai kamu. Insyaallah kita pasti bisa menghadapi semuanya sama-sama. Kalau iya, ulurkan tanganmu.”kata Fatih sembari mengulurkan tangan kanannya.


Rahman.. Rahim.. aku.. batin Haya berkecamuk.

Tentang istikharahnya.. 

Tentang keluarga besar mereka..

Tentang dirinya dan mas Fatih..

Haya menghela napas panjang.



Dan.. tangan Haya bergerak.



 


*alhamdulillah selesai juga ne cerita.. :D makasih banget yang berkenan mbaca dari awal sampe sekarang.. (rajin amat yak.. hehehe peace.. jangan timpukin aku pake batako..:D) ini nulisnya sambil ngantuk-ngantuk. jadi kalau ada yang salah-salah ketik dab kawan-kawannya mohon krisannya.^^

Palangkaraya
Kamis, 17 Maret 2016
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
#KeepWriting
#HariKe-14 

20 komentar:

  1. happy ending..seneeeeng..terharu bacanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi mbak seneng atau terharu neh?? Atau seneng tapi terharu? Atau terharu sedikit senang?😅😅😅

      Hapus
  2. Ih...udah ending...keren mbak, endingnya....
    Jadi pingin dilamar ditempat romantis seperti haya..tapi sapa jg yg mau ngelamar?? ... hahaha

    BalasHapus
  3. ulu uluu bisa2 tidur mimpi dilamar ini mba :D
    keren mba sas :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengennya gak mimpi mbak mabeela.. pengennya beneran..#loh???😅😅😅

      Hapus
  4. Jadi gak penasaran lagi baca endingnya. Bagus.

    BalasHapus
  5. Kereeeeen neng Lia, alhamdulillah akhirnya bahagia. Aku suka happy ending hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbak yesi...😍😍😍 iya, aku juga suka happy ending..

      Hapus
  6. Kerennn mbaaa , bagaimana bisa cerita panjang seperti itu ya, aku setengah setengah kalau nulis cerita sperti itu :'(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga heran mas gofar.. percayalah aku sebenarnya pengen nulis cerpen..😅😅😅

      Hapus
  7. wahh,,surprise^^
    kirain sad ending, ternyata happy ending sesuai ekspektasiku:D
    kerenn,,kerenn*tepuk tangan yang meriah untuk mbak sasmitha, hehe ^_^

    BalasHapus
  8. aduh.. baru sempat bw lg, dan bacanya langsung ending.. 😁

    BalasHapus
  9. aduh.. baru sempat bw lg, dan bacanya langsung ending.. 😁

    BalasHapus
  10. Hmm baru sempet bw udah ending aja :D
    jadi penasaran awalnya...

    BalasHapus
  11. Lanjutin dooong. Pas hari oernikahannya. Ekstra part gitu. Ya ya ya.. pengen ngebayangin muka fatih dan hata sumringan, malu-maku, degdegan. Hihihihi

    BalasHapus
  12. Dan, wanita emang paling pinter membuat ending dg sentuhan baper ..
    Sementara saya, selalu garing kl mengakhiri tulisan.
    Mantab bgt!! Ada part extra gk ya??

    BalasHapus

10 Aktivitas Yang Bisa Kalian Coba #dirumahaja Selain Rebahan.

Hi Gaes. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga tetap   selalu sehat dan berbahagia bersama orang-oarang tersayang di rumah. Well, hari...