Lagian bukannya
keluarga besar kita juga nggak setuju dengan hubungan kita? Walaupun dalam
agama, pernikahan antar sepupu itu boleh. Pakde, bude, ah, Haya nggak tau siapa lagi yang nggak setuju dengan hubungan kita ini. Mas, bukankah menikah itu bukan hanya tentang penyatuan dua jiwa tapi juga tentang penyatuan keluarga?
Sekali lagi, maafkan Haya. Haya
berhenti di sini.
Haya berdoa semoga
mas selalu mendapatkan yang terbaik. Aamiin.
Salam Hormat selalu,
Hayania
Dinata
***
Ombak tak
henti-hentinya menggempur jajaran karang di pantai itu. Seorang perempuan muda tampak
begitu menikmati proses kembalinya sang surya ke peraaduannya sore itu. Warna-warna mega nampak
begitu cantik mempesona. Haya sudah berdiri di sana setelah menyelesaikan
sholat asharnya. Tak dirasakannya kepenatan perjalanan jauhnya dari Banjarmasin. Selain
karena Haya memang sangat menyukai suasana sun set seperti itu, gadis
berkerudung biru muda itu pun rasanya belum mampu benar-benar merelakan semua
yang terjadi. Meskipun satu-satunya yang menjadi alasannya pergi ke kota kecil
di ujung paling barat dari pulau Kalimantan segera setelah mengirimkan surat
itu ke mas Fatih itu adalah melupakan
semuanya dan menata ulang kehidupannya.
Angin pantai
mempermainkan kerudungnya dengan nakal. Pantai pun memerah. Beberapa orang yang
tadinya juga ikut menikmati keindahan sunset mulai beranjak pergi. Haya bergumam,
“padahal suasananya lagi indah-indahnya, kenapa semua sudah pada mau pulang? Cocok
nih buat ngelamar. Pasti romantis banget.” Haya tersenyum-senyum sendiri
mengetahui betapa konyolnya pemikirannya itu. Tiba-tiba terdengar suara,
“menikahlah
denganku.”
Haya tersentak. Suara
itu.. ia pun menoleh.
Jantungnya seketika
berdetak tak beraturan melihat laki-laki bertubuh tegap yang selama ini
menghiasi doa-doanya itu, kini hanya berjarak dua meter di hadapannya.
“ Mas.. fatih..”
kata Haya serak tertahan.
“Iya, ini mas.” Jawabnya
seraya tersenyum. Walau terlihat lelah wajah tirusnya tetap berseri-seri.
“Tapi.. kenapa? Ba..
bagaimana bisa mas ada di sini?” tanya Haya tak mengerti.
“Tadi pagi
suratmu baru nyampe di tangan mas. Baru beberapa kalimat mas baca, Jiana nelpon
mas. Dia bilang kalau kamu sudah pergi sejak dua hari yang lalu. Mas tanya
kemana? Dia bilang nggak tahu. Ponselmu juga nggak aktif lagi. Mas langsung ke
Bandara nyari tiket keberangkatan pagi ini juga. Feeling mas bilang kamu pasti
ke sini. Tapi sayangnya tiketnya habis dan keberangkatan selanjutnya baru ada
minggu depan. Tadinya mas pikir, mungkin kita memang tak berjodoh. Tapi alhamdulillah,
mungkin ini lah jalannya. Seorang penumpang bersedia memberikan tiketnya. Ternyata
dia teman abah. Subhanallah.”
Hening.
“Ya, dari awal
mas udah tahu semuanya. Kamu salah kalau mengira mas nggak akan melakukan
apapun untuk mengetahui semua tentang calon istri mas. Jiana menjalankan
tugasnya sebagai informan mas dengan sangat baik.” Kata Fatih sambil tersenyum.
“Jadi.. selama
ini..” mata Haya berkaca-kaca. Dan akhirnya tangisannya pun menganak sungai
membasahi pipinya.
“Mau kah kamu
menikah dengan mas?” tanya Fatih kembali.
“Tapi.. Haya..”
“Mas nggak mau
mendengar alasan apapun. Mas ke sini Cuma ingin tahu jawabanmu. Ya atau tidak? Ini
ikhtiar terakhir mas untukmu. Ini bukti betapa berartinya kamu untuk mas.”
“Tapi.. kenapa??”
“Kenapa susah
sekali meyakinkanmu Hayania Dinata? Tentu saja karna mas mencintaimu!” jawab
Fatih sedikit gusar. Kadang-kadang Haya benar-benar tahu cara membuatnya
frustasi setengah mati.
Haya terdiam.
“Bersediakah kamu
menjadi istri mas? Mencintai mas seperti mas mencintai kamu. Insyaallah kita
pasti bisa menghadapi semuanya sama-sama. Kalau iya, ulurkan tanganmu.”kata
Fatih sembari mengulurkan tangan kanannya.
Rahman.. Rahim.. aku.. batin Haya berkecamuk.
Tentang istikharahnya..
Tentang keluarga
besar mereka..
Tentang dirinya
dan mas Fatih..
Haya menghela
napas panjang.
Dan.. tangan Haya
bergerak.
*alhamdulillah
selesai juga ne cerita.. :D makasih banget yang berkenan mbaca dari awal sampe
sekarang.. (rajin amat yak.. hehehe peace.. jangan timpukin aku pake batako..:D) ini nulisnya sambil ngantuk-ngantuk. jadi kalau ada yang salah-salah ketik dab kawan-kawannya mohon krisannya.^^
Palangkaraya
Kamis, 17 Maret
2016
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
#KeepWriting
#HariKe-14
happy ending..seneeeeng..terharu bacanya
BalasHapusJadi mbak seneng atau terharu neh?? Atau seneng tapi terharu? Atau terharu sedikit senang?😅😅😅
HapusIh...udah ending...keren mbak, endingnya....
BalasHapusJadi pingin dilamar ditempat romantis seperti haya..tapi sapa jg yg mau ngelamar?? ... hahaha
Ya calonnya mbak riendra..😍😍😍😃
Hapusulu uluu bisa2 tidur mimpi dilamar ini mba :D
BalasHapuskeren mba sas :D
Pengennya gak mimpi mbak mabeela.. pengennya beneran..#loh???😅😅😅
HapusJadi gak penasaran lagi baca endingnya. Bagus.
BalasHapusMakasih mbak denikk..^^
HapusKereeeeen neng Lia, alhamdulillah akhirnya bahagia. Aku suka happy ending hehe.
BalasHapusMakasih mbak yesi...😍😍😍 iya, aku juga suka happy ending..
HapusKerennn mbaaa , bagaimana bisa cerita panjang seperti itu ya, aku setengah setengah kalau nulis cerita sperti itu :'(
BalasHapusAku juga heran mas gofar.. percayalah aku sebenarnya pengen nulis cerpen..😅😅😅
Hapuswahh,,surprise^^
BalasHapuskirain sad ending, ternyata happy ending sesuai ekspektasiku:D
kerenn,,kerenn*tepuk tangan yang meriah untuk mbak sasmitha, hehe ^_^
So sweet..happy ending
BalasHapusIh keren ih. So sweet. *mupeng*
BalasHapusoops
aduh.. baru sempat bw lg, dan bacanya langsung ending.. 😁
BalasHapusaduh.. baru sempat bw lg, dan bacanya langsung ending.. 😁
BalasHapusHmm baru sempet bw udah ending aja :D
BalasHapusjadi penasaran awalnya...
Lanjutin dooong. Pas hari oernikahannya. Ekstra part gitu. Ya ya ya.. pengen ngebayangin muka fatih dan hata sumringan, malu-maku, degdegan. Hihihihi
BalasHapusDan, wanita emang paling pinter membuat ending dg sentuhan baper ..
BalasHapusSementara saya, selalu garing kl mengakhiri tulisan.
Mantab bgt!! Ada part extra gk ya??