Mas, ada banyak
hal yang nggak pernah mas tahu tentang Haya. Dan memang sengaja Haya
tutup-tutupi dari mas. Haya takut mas akan menjauhi Haya kalau Haya cerita
semuanya. Keadaan keluarga Haya nggak setenang yang mas bayangkan. Seandainya mas tahu, rumah Haya adalah neraka
yang penuh prahara. Makanya Haya nggak pernah bisa menjawab dan cuma bisa
nyengir setiap kali mas nanyain keluarga Haya. Tiap hari, tiap waktu, selalu ada perang hebat yang berawal dari
keadaan finansial keluarga Haya yang memburuk.
Mama Haya terlalu pengertian
untuk mengerti betapa papah sudah sangat berusaha untuk mengembalikan keadaan
menjadi lebih baik. Mungkin saat membaca surat ini kening mas akan berlipat
heran. Ah, bagaiman bisa keluarga Syahreza Dinata pemilik Dinata Group,
perusahaan properti terbesar di Kalimantan dengan aset milyaran, mengalami
kesulitan finansial??
Mas tau, semua ini
bermula dari rencana papah yang hendak mendirikan sebuah perusahaan baru di bidang
pertambangan, setahun yang lalu. Papah senang sekali bercerita betapa kelak
ketika perusahaan itu berdiri, masyarakat di sekitar daerah pertambangan akan
memiliki kehidupan yang lebih baik. Ya, dari dulu papah memang sangat prihatin
dengan keadaan masyarakat di sekitar daerah pertambangan yang tetap saja
miskin, tetap saja kekurangan berkalang keterpurukan meski mereka hidup,
tinggal, di surga ini. Tempat dimana
sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu berjuta-juta meter kubik permata hitam di
keruk dari perut bumi dan di ekspor ke berbagai belahan bumi lainnya. Tempat dimana
emas hitam tiada hentinya mengalir untuk memuaskan dahaga negeri ini.
“ Akan ada
investor yang bersedia menanamkan modal awal dalam proyek ini.”cerita papah
dengan mata bercahaya.
Sayang, itu semua
hanyalah sebuah mimpi manis. Dan mimpi papah itu harus hancur, saat ternyata
investor itu tak jua datang mengucurkan dana yang ia janjikan. Padahal papah
telah menjaminkan seluruh aset perusahan untuk meminjam modal ke bank. Papah berhutang!!
Keuangan perusahaan pun difokuskan untuk membayar pinjaman beserta bunganya semakin membengkak. Namun kenyataannya,
Dinata Group bagai singa tua yang ringkih. Terlihat garang namun rapuh. Dinata
Group tak lagi mampu melawan arus persaingan yang menggila. Apalagi beberapa
jajaran direksi memilih untuk menyebrang pada perusahaan saingan papah. Segera,
setelah mereka tahu prospek Dinata Group tak lagi menjanjikan.
Parahnya, mamah
sudah terbiasa menjadi nyonya Dinata yang selalu berpakaian mewah, selalu di
hormati, disanjung, saat bertemu siapapun. Bahkan saat Dinata Group dengan
sangat terpaksa merumahkan karyawannya secara sepihak, saat para karyawan
tersebut tidak puas dengan pesangon yang telah diberikan , saat mereka
kehilangan akal jernihnya dan memulai tindakan-tindakan anarkis, mamah tetap
saja tak bisa beradaptasi. Pakaian dan jilbabku pun masih saja keluaran terbaru
butik-butik mewah mentereng. Mamah juga masih sering mengadakan
pengajian-pengajian kaum elite dengan mengundang ustadz-ustadz berhati rupiah
yang dengan santainya mengemas ayat-ayat Al-Qur’an dengan begitu indah demi
beberapa lembar uang.
“Jangan sampai
martabat keluarga Dinata jatuh hanya gara-gara masalah ini. Orang-orang hanya
boleh tahu bahwa keluarga Dinata adalah keluarga yang pantas untuk dihormati.” Kalimat
itu terus keluar berulang-ulang dari bibir tipi mamah setiap kali Haya berusaha
menegur gaya hidup mamah.
Dan.. semua semakin
memburuk!!
Palangkaraya
Senin, 14 Maret 2016
#OneDayOnePost
#MenuliSetiapHari
#KeepWriting!!
#HariKe-11
Asyek mbak...pingin baca seri lanjutan e...aq tunggu yach
BalasHapuspenasaran lanjutannya...
BalasHapusDi tunggu lanjutannya hehe
BalasHapusMenantikan surat berikutnya.. ;)
BalasHapusDi tunggu lanjutanya
BalasHapusPenasaran mbk... awalnya kukira ini hanya cerita ringan ttg perasaan Haya namun makin ke sini masalahnya semakin rumit
BalasHapusIh kok aku ketinggalan part 1 nya..
BalasHapusudah bca part 1 dan 2. lnjtuin mba.
BalasHapusWaahhh makasih mbak2 semua...😊 insyaallah besok ya kelanjutannya..hehe
BalasHapusAku juga nunggu part 3 loh mbak,
BalasHapusKata pakde Indro "kompor gas"
Kerennnn
Baru sempat baca part 1+2,,wahh...kalo bisa beso dilanjutin yaa mbak^^
BalasHapuspenasarannnn..
Ustazh berhati rupiah...*makjlebbb bgt inih
BalasHapus