Selasa, 15 Maret 2016

Surat Untuk Mas Fatih (3)

Ketika suatu hari, saat hendak sholat magrib berjamaah bersama Haya, papah ambruk!!  Dengan tenang, dokter Ridho berkata, “tuan Syahreza terkena serangan jantung. Setelah kami scanning 2 daari 3 pembuluh koroner utama dari jantung beliau mengalami penyumbatan."


“Nggak! Itu nggak mungkin!! Dokter pasti salah!! Selama ini papah nggak pernah mengeluh sakit.” Kataku tak percaya.


“Sebenarnya penyakit yang diderita papah anda ini adalah puncak dari proses panjang peradangan kronis semenjak bertahun-tahun yang lalu. Apalagi ternyata papah anda mengidap hiperkolestrol. Sepertinya tuan Syahreza kurang memperdulikan gejala-gejala yang muncul selama ini dan sepertinya beliau tidak menjaga pola makannya dengan baik.”


Haya sedih. Ah.. tidak. Ada kata apa lagi untuk menggambarkan perasaan Haya ini mas?
Sejak saat itu Haya memutuskan untuk berhenti kuliah dan mencoba melamar pekerjaan.  Sayang, tapi alhamdulillah deng. Hehe. Haya diterima kerja. Ya, walaupun hanya jadi office girl di sebuah perusahaan kecil sih. Tapi Haya seneng kok. Katanya mas, kita harus selalu bersyukur kan? Hmm.. tau nggak? Apa yang Haya terima di hari pertama kerja?


“Kamu gila!! Dimana mamah harus naruh muka mamah di hadapan orang-orang?? Putri tunggal Syahreza Dinata kerja jadi office girl??”, murka mamah.


“Tapi mah, Cuma itu kerjaan yang Haya dapat. Lagipula itu kan kerjaan halal mah? Gajinya juga lumayan.” Tawarku pada mamah.


“Kamu Cuma bikin mamah malu saja!! Mulai besok jangan lagi kamu kerja di kantor kumuh itu lagi!!”


“Mah..”


“Berani kamu membantah mamah?? Siapa yang ngajarin kamu jadi kurang ajar gini sama mamah?? Apa si Fatih itu??”


Haya nggak terima nama mas dibawa-bawa dalam masalah ini.


“Mah, kenapa harus bawa-bawa nama mas Fatih? Ini hanya masalah kerjaan. Karena kuliah Haya belum kelar, jadi Haya Cuma bisa ngelamar pake ijazah SMA. Mah, Haya yakin kerjaan apapun asalkan halal pasti berkah.”


Plaaakk!!


Tak pernah Haya duga, wanita di hadapan Haya, yang Haya cintai sepenuh hati itu bermain tangan. Tamparan mamah telak mendarat di pipi Haya.


“Beraninya kamu menceramahi mamah. Mamah ini masih orang tua kamu, Haya!! Dan kamu harus nurut apa yang mamah bilang!”


Hubungan Haya dan mamah yang sejak semula memang merenggang pun semakin jauh. Puncaknya 2 bulan yang lalu mamah mengajak Haya bertandang ke rumah tante Mery, salah satu sepupu mamah. Di sana telah duduk seorang laki-laki perlente.



Palangkaraya
Selasa, 15 Maret 2016
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
#KeepWriting
#Harike-12


20 komentar:

  1. Cerita yang permasalahannya kita banget. Hampir semua orang memiliki kisah seperti itu. Good ide. Jadi bisa berkaca.

    BalasHapus
  2. Kereeeenn neeeeng Lia. Ga sabar nih aku baca kelanjutannya ^^

    BalasHapus
  3. Keren mbak, penuh prahara dan dilema :D
    Maaf, telat komen.
    Btw, ini kisah nyata kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe tu nama apaan ya prahara dan dilema?. Bagus tuh mbak jadi judul sinetron..:D

      Nggak mbak itu mah fiksi..




      Berdasarkan kisah nyata.. huwahahahahaha

      Hapus
  4. Balasan
    1. Mbak smallycycle nama blognya apa? Biar saya kunbal..^^

      Hapus
  5. Balasan
    1. ^^iya mbak masih bersambung.. mudah2n besok kelar ya..#loh??😂

      Hapus
    2. ayoo'smangat mbak, lanjutin ceritanya..aku penasaran nihh ^^

      Hapus
  6. Neeng Haya mau dinikahin sm ibu-ny ya mbak? :O

    BalasHapus
  7. Cerita mbak Sas ini selalu bikin ketagihan untuk menanti next part,
    KOMPOR GAS kata pakde Indro

    BalasHapus

10 Aktivitas Yang Bisa Kalian Coba #dirumahaja Selain Rebahan.

Hi Gaes. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga tetap   selalu sehat dan berbahagia bersama orang-oarang tersayang di rumah. Well, hari...