Pemakaman, entah bagaimana selalu berhasil menawarkan
sebuah suasana muram nan kelam. Langit kelabu, kabut sendu menggantung, wajah-wajah menunduk pilu. Ditambah beberapa bagian jalan digenangi air,
sisa hujan semalam. Ujung sepatu Arisa pun ikut terkena lumpur.
Gadis ramping itu tak bisa menangis. Untuk alasan yang ia
pun masih mencarinya. Tentu saja ia sedih. Seperti saudara kembarnya yang
sedang menangis di sisinya, Ariana. Rambut panjang hitam Ariana menutupi
sebagian wajah putih pucatnya.
“Ah, benar.. aku tak boleh menangis. Demi saudaraku itu. Tenanglah mama, aku akan
menjaga Ariana”, tekad Arisa dalam hati.
Secara tak sengaja, Arisa melihat sesosok laki-laki muda
tampan. Laki-laki itu berdiri di sana. Diantara para pelayat. Tubuh tinggi
tegapnya terbungkus mantel hitam yang tebal dan berat. Menambah aura
ketampanannya. Sebuah benda berkilauan menempel di kerah mantel laki-laki itu. Seperti
sebuah pin berbentuk bintang kecil berwarna keemasan. Terlihat kontras dengan
mantel hitamnya. Laki-laki itu tersenyum tipis. Setidaknya Arisa merasa
demikian. Ahh, kabut putih yang melingkupi pemakaman sedikit menghalangi
pandangannya.
Arisa begitu terpesona. Hingga tak menyadari prosesi
pemakaman mamanya sudah selesai. Ariana menyentuh tanngannya pelan dan berkata
dengan suara yang serak akibat terlalu banyak menangis,
“Arisa, ayo kita
pulang.”
Arisa mengangguk. Lalu mengalihkan pandangannya kembali,
laki-laki itu telah pergi. Mata birunya yang selalu dikagumi orang-orang
berkerejap. Ia mengedarkan pandangannya sekali lagi berusaha memastikan keberadaan
sosok laki-laki muda tampan itu. Tapi nihil. Ia tak menemukannya dimanapun.
Para pelayat pun mulai beranjak pergi.
***
Arisa terus bertanya-tanya. Siapa laki-laki itu? Apakah laki-laki
itu seorang kerabat jauh? Rasa-rasanya
ia belum pernah melihatnya. Walaupun ia tidak serajin Ariana dalam hal
mengikuti acara-acara bersama keluarga besar mereka, ia masih sangat yakin bisa mengenali
anggota keluarga besar mereka dengan tepat.
Arisa menghabiskan banyak waktu untuk mencari tahu siapa
sesungguhnya laki-laki yang berhasil membuatnya terpesona itu. Ia bertanya
dengan banyak orang. Dan semuanya sepakat
mengatakan tak tahu menahu dengan laki-laki yang dideskripsikannya. Arisa
bahkan bertanya pada Ariana, saudara kembarnya yang periang dan ramah.
“Arisa, aku sungguh tak melihat laki-laki yang kau
maksud.”
Laki-laki misterius itu berhasil memutar balikkan dunia
kecil Arisa,menghantuinya, membuatnya rindu setengah mati.
“Aku harus bertemu laki-laki itu segera,” tekad Arisa.
“Apakah kau begitu menyukainya Arisa?” tanya Ariana
menggodanya.
Wajah Arisa memerah.
“Ah, yang jelas aku turut bahagia untukmu Arisa, selama ini kau nampak
selalu menutup diri.” kata Ariana tulus.
“Apakah kau mau membantuku Ariana? Kau satu-satunya
saudaraku..” tanya Arisa penuh harap.
“Tentu saja. Aku sangat menyayangimu Arisa. Akan ku
lakukan apapun agar kau bisa bertemu lagi dengan laki-laki itu”.
***
Hujan deras mengguyur bumi. Petir dan kilat saling
beradu. Ariana sedang memutar kunci kamarnya
ketika Arisa tiba-tiba mengetuk.
“Ariana, bolehkah aku masuk?” tanya Arisa.
“Tentu, apakah kau tak bisa tidur karena suara petirnya?”
katanya sembari membuka pintu.
“Ya, aku benci petir.” Jawab Arisa
sedikit mengeluh.
“Ayolah, tak usah mengeluh. Walaupun pastinya akan lebih menyenangkan kalau saja mama ada bersama kita saat ini. Yah, setidaknya kita bisa tidur lebih nyenyak
ketika hujan seperti ini, dan kau bisa bermimpi bertemu lelaki misterius pujaan hatimu
itu.” Kata Ariana menggoda.
Wajah Arisa segera saja bersemu merah.
“Arisa, apa yang kau bawa di tanganmu itu?” tanya Ariana.
Keningnya berkerut. Tanda tak mengerti. Jelas-jelas
itu adalah sebuah pisau. Pisau yang biasanya dipakai Bibi Martha ketika memasak
di dapur. Belum sempat ia menyadari apa yang terjadi, Arisa segera maju memeluknya
dengan erat dan jleebb!! Pisau itu pun tertancap
sempurna di tubuh Ariana.
Gaun tidur putihnya segera saja memerah karena darah.
“Ariana, kau harus mati” bisik Arisa di telinga Ariana.
Ariana berusaha mendorong Arisa menjauh. Menahan sakit
yang teramat akibat pisau yang tertarik keluar. Cahaya kilat menerangi kamar
itu, sekilas Ariana dapat melihat ekspresi dingin di wajah cantik Arisa yang
kini berdiri sembari memegang pisau berlumur darah. Ariana tak menyangka saudara kembarnya itu
akan tega menusuknya, membunuhnya. Pikirannya panik. Apa yang harus dilakukannya? Ia tak mungkin
berteriak. Suaranya tak kan terdengar di tengah gemuruh hujan dan petir.
“A.. apa salah ku Arisa? Ke.. kenapa kau mau membunuhku?”
tanya Ariana lemah sembari memegang perutnya yang terkoyak. Darahnya terus menyembur.
Mulai menggenang di lantai.
“Kau harus mati Ariana.” Kata Arisa sembari melompat ke
depan, kembali menyerang. Ariana tak
bisa berbuat banyak. Ia sudah terlalu lemah untuk menghindar. Tanpa perlawanan
berarti Arisa kembali menusukkan pisaunya. Sekali. Dua kali. Tiga kali.
Ariana pun rebah bersimbah darahnya sendiri.
“Bukankah kau sangat merindukan mama, Ariana? Aku membantumu
untuk bertemu mama lebih cepat. Lagi pula kau sudah berjanji untuk melakukan apapaun untuk
bertemu kembali dengan lelaki itu bukan?” bisik Arisa di telinga Ariana, kemudian
mencium kedua pipi saudara kembarnya itu. Setetes air mata jatuh Ariana jatuh.
“Aku bahagia sekali Ariana. Rasa-rasanya hatiku mau meledak karena
terlalu bahagia. Akhirnya besok aku akan bertemu dengan laki-laki itu lagi. Di pemakaman.”
Kata Arisa lagi sembari mengusap air mata Ariana.
***
Palangkaraya
18 April 2016
#OneDayOnePost
#TantanganMingguIni
Wow...idenya! Kereeeennn...bisaaan ya? Suka aku...
BalasHapusWaahhh senangnya ada yang suka..😍😍😍
Hapusterbawa suasana nii bacanya mbk, tegang tegang gimana gitu hahha
BalasHapusditunggu kelanjutannya mbk ..
Hehehe gak ada kelanjutannya mbak.. beljm dapet ilham lagi buat ngelanjutinnya..😂
Hapuswaduh, parah yaaa arisa, hanya karena ingin bertemu lelaki itu, ia tega membunuh
BalasHapusMenurutnya itulah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan mbak..😆
HapusMungkin Ada yang ngikut di pundaknya waktu pulang dari pemakaman. 😄😀
BalasHapusIya ya.. jangan-jangan laki-laki misterius itu sebenarnya roh gentayangan yang menunggu pemakaman tersebut..😨
HapusWawww... Cara berpikirny arisa mengerikan...
BalasHapusKereen...
Hehe makasih mbak ciani....😊😊😊
HapusHehe makasih mbak ciani....😊😊😊
HapusUnpredictable ending 👍.
BalasHapusAku sukaaaa ...
Unpredictable ending 👍.
BalasHapusAku sukaaaa ...
Menarik!
BalasHapus:)
Siapa laki2 itu? Ehm,
BalasHapus