Aku menemukan sebuah kisah menarik tentang
pohon tinggi dan pohon rendah. Ia tumbuh begitu tinggi dan membuat
sekelilingnya mengaguminya. Tetapi sayangnya, pohon itu tak bisa menaungi
siapapun, pun tak bisa melindungi apapun di sekitarnya. Ia menjulang sendirian.
Adapun di dekatnya tumbuhlah sebuah pohon yang rendah. Tapi ranting-rantingnya
terbentuk sedemikian rupa hingga mampu menaungi siapapun yang berada di
sekitarnya.
Analogi yang sama berlaku untuk dua
orang siswaku yang saat ini duduk di kelas XI. Si Pohon tinggi di jurusan IPA. Dan si pohon rendah di
jurusan IPS. Semalam mereka berdua maju sebagai kandidat ketua OSIS. Aku menjadi
tim sukses si pohon rendah. Membujuk, memprovokatori guru-guru lain agar
menggunakan hak pilih mereka untuk memilih si pohon pendek tentunya. Dan berhasil.
Hanya saja, aku kurang berhasil
mengajak siswa-siswa yang lain. Si pohon tinggi tampil dengan begitu percaya
diri. Dari segi fisik, si pohon tinggi tidak mengecewakan. Wajahnya bersih. Tubuhnya
tinggi proporsional. Segudang prestasinya dijabarkannya. Ku akui ia mempunyai
banyak talenta di bidang seni maupun olahraga. Kalimatnya tersusun runtut dan
sistematis. Ia menjelaskan program-programnya dengan sangat baik. oh ya, tentu
saja sangat memikat.
Adapun si pohon pendek, dia bukan
tipe public speaker yang baik. Ia seorang pendiam yang hemat kata. Meskipun prestasinya
tak kalah banyak dari si pohon tinggi, tapi orasinya pendek dan terkesan kaku. Dari
sini sudah terlihat hati para siswa pastilah memiliki kecenderungan untuk
memilih si pohon tinggi. Dan benar saja, akhirnya si pohon tinggi berhasil
menjadi ketua OSIS. Apakah si pohon pendek kecewa? Mungkin saja. Tapi ia tak
berhenti. Ia tetap aktif baik di kegiatan intra maupun ekstrakulikuler. Dan ia
pun dipercaya menjadi ketua Dewan Ambalan Pramuka.
Waktu berlalu. Membuka tabir-tabir
rahasia. Program-program yang diorasikan si pohon tinggi saat pemilihan memang tetap
berjalan. Hanya saja tanpa campur tangan si pohon tinggi itu sendiri. Hampir di
setiap kegiatan si pohon tinggi justru sibuk memberikan perintah ini itu lalu
asyik dengan kegiatannya yang lain. Tapi selalu hadir dan ngotot untuk maju
paling depan ketika ada panggung maupun podium. Sampai pada tahap gila
publikasi, kata teman yang tadinya dekat dengannya. Hal itu membuat
teman-temanya mulai tidak respek padanya. Beberapa pembina juga mulai
mengeluhkan sikap si pohon tinggi. Bahkan ada yang mulai menggulirkan isu
resuffle(baru kali ini aku dengar ketua OSIS aja mau diresuffle :D).
![]() |
Google Image |
Ahh.. dari mereka aku pun belajar
banyak hal. Bahwa hidup ini justru tidak melulu hanya tentang mengejar
prestasi. Tidak melulu tentang “ini aku”. Tapi tentang bagaimana menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar