Nun jauh di ujung
dunia, berdirilah sebuah kerajaan yang sangat indah. Angin bertiup pelan
membawa wangi bunga yang sedang bermekaran. Karena raja memerintah dengan
bijaksana, rakyatnya pun hidup dengan bahagia. Mereka selalu tersenyum dan
saling menyapa mengucapkan salam.
Sang Raja
memiliki seorang putera mahkota. Namanya Pangeran Matahari. Sejak kecil, Pangeran
Matahari berteman dengan Chiko. Setiap pagi Chiko akan berdiri dengan gagah di
atas menara kerajaan, lalu bernyanyi.
“Kukuruyuuuuuuukkk....
banguuuunnnn wahai rakyat kerajaan Aerendepia.. kukuruyuuuuuukkkkk... ayo
bergegas bekerja dengan hati yang riang.” Pekik Chiko dengan senang sambil
mengepak-ngepakkan sayapnya yang berwarna coklat kemerahan itu.
Karena nyanyian
Chiko itulah, rakyat Aerendepia tidak pernah bangun kesiangan. Pangeran
Matahari sangat sayang pada sahabatnya itu. Namun suatu hari, kabut yang begitu
tebal melingkupi kerajaan. Rakyat tak bisa bekerja dengan baik. Itu membuat
mereka bersedih. Tak ada lagi yang tersenyum karena wajah mereka tak terlihat
tertutup kabut. Mereka juga tak lagi saling menyapa karena takut.
Kerajaan pun
menjadi muram. Pangeran Matahari yang baik hati pun bersedih melihat rakyatnya.
“Chiko, aku
sangat sedih melihat rakyatku tak bisa
lagi tersenyum atau bekerja dengan baik. Aku ingin menghilangkan kabut itu.
Maukah kau membantuku?” tanya pangeran.
“Kukuruyuuuuuuukkk....Aku
akan selalu membantumu pangeran. Silahkan beri aku perintahmu. Kukuruyuuuuuuukkk....”
Jawab Chiko dengan suaranya yang khas.
“Aku punya
seorang sahabat. Namanya Aro, Sang Naga Angin. Ia tentu bisa membantu kita
menghilangkan kabut ini. Tapi, saat ini ia sedang tertidur di hutan terdalam
terjauh di atas puncak gunung bersalju itu.” kata Pangeran sambil menunjuk
gunung yang menjulang tinggi di selatan kerajaan .
“Aku akan pergi
ke sana dan menjemputnya Pangeran. Kukuruyuuuuuuukkk....”
“Rumah Aro dilindungi
tanaman emas yang sangat beracun. Kau harus berhati-hati. Petiklah buah yang
berwarna perak. Rumah Aro pasti akan terbuka untukmu. Berikan lambang kerajaan
ini padanya. Ia pasti mengerti aku sedang membutuhkan pertolongannya. Dan pakailah
baju zirahmu Chiko. Sebenarnya, aku ingin pergi sendiri tapi aku tak bisa
meninggalkan rakyatku.”
“Baik Pangeran. Aku
akan segera membawa Aro ke sini. Kukuruyuuuuuuukkk....” jawab Chiko tak kenal
takut.
Maka berangkatlah
Chiko menuju rumah Aro. Perjalanannya sangat sulit dan berbahaya. Tapi Chiko
yang tangkas mampu melaluinya. Hingga sampailah
ia di depan sebuah rumah yang teramat besar. Rumah itu dikelilingi tanaman
rambat berwarna emas. Sungguh menyilaukan.
Chiko pun mencari
buah yang berwarna perak. Dengan hati-hati, ia melompati ranting demi ranting.
Sesekali menyeimbangkan diri dengan mengepakkan sayapnya. Sesekali mencengkram
erat dengan cakarnya yang kuat. Akhirnya ia pun dapat memetik buah tersebut.
Tiba-tiba gerbang
besar rumah itu terbuka. Suara decit pintu yang besar lagi berat itu terdengar
memekakkan telinga.
“Aaaaarrrrrggghhhhhhh...
siapa... yang berani mengganggu tidur Aro, sang Naga Angin??” tiba-tiba sebuah suara
menggelegar dengan keras disertai angin kencang.
Chiko tetap berdiri
dengan kuat di tempatnya. Ia mengeluarkan lambang kerajaan pemberian pangeran.
“Kukuruyuuuuuuukkk....Wahai
Aro Sang Naga Angin, aku datang sebagai utusan Pangeran Matahari yang sedang
membutuhkan pertolonganmu.”
Demi melihat
lambang kerajaan tersebut Aro pun segera mengetahui bahwa Pangeran Matahari
sahabatnya, sedang membutuhkan pertolongannya.
“Naik ke
punggungku teman kecil, kita akan segera terbang menuju kerajaan Aerendepia.”
Dengan lincah
Chiko pun naik ke punggung Aro. Mencengkram salah satu sisik Aro yang berwarna
biru cemerlang. Aro merentangkan sayapnya.
“Pegangan teman
kecil.. jangan sampai kau terjatuh.” Kata Aro sebelum terbang.
Chiko mendengus
sebal.
“Jangan
meremehkanku. Kukuruyuuuuuuukkk....” Teriaknya.
Akhirnya mereka
pun terbang melintasi hutan. Sebentar saja mereka telah sampai di kerajaan
Aerendepia. Pangeran Matahari menyambut Chiko dan Aro dengan bahagia. Dimintanya
Aro untuk mengepakkan sayapnya agar kabut yang melingkupi kerajaannya
menghilang.
Aro pun mengepakkan
sayapnya. Dan voila.. kabut pun sirna. Rakyat dapat kembali melihat satu sama
lain. Mereka tertawa bahagia. Pangeran berterimakasih kepada Aro.
“Berterima
kasihlah pada teman kecilmu yang gagah berani itu pangeran.. karena dialah aku
bisa membantumu sekarang ini.” jawab Aro.
Pangeran pun
berterimakasih pada Chiko dan memberinya memberinya gelar ‘Sang Pemberani’. Chiko
sangat senang dengan gelarnya.
“Kukuruyuuuuuuukkk....
akulah Chiko Sang Pemberani dari Kerajaan Arendipia.. “ serunya riang.
Kerajaan
Arendepia pun hidup bahagia selamanya.
Pulang Pisau
Kukuruyuuuuk... Suka ceritanya mba cantik
BalasHapusWaaahh makasih mbak irma.. 😀😀😀
HapusMba,,aku pas awal bca ngbayangin chiko itu sejenis chico jerico,,eeh tw ny ayam jago ya hoho wkwk
BalasHapus😂😂😂Chico jerico??? Mbak kiya ada-ada aja..
Hapus