Minggu, 18 Desember 2016

Chiko Sang Pemberani



Nun jauh di ujung dunia, berdirilah sebuah kerajaan yang sangat indah. Angin bertiup pelan membawa wangi bunga yang sedang bermekaran. Karena raja memerintah dengan bijaksana, rakyatnya pun hidup dengan bahagia. Mereka selalu tersenyum dan saling menyapa mengucapkan salam.

Sang Raja memiliki seorang putera mahkota. Namanya Pangeran Matahari. Sejak kecil, Pangeran Matahari berteman dengan Chiko. Setiap pagi Chiko akan berdiri dengan gagah di atas menara kerajaan, lalu bernyanyi.

“Kukuruyuuuuuuukkk.... banguuuunnnn wahai rakyat kerajaan Aerendepia.. kukuruyuuuuuukkkkk... ayo bergegas bekerja dengan hati yang riang.” Pekik Chiko dengan senang sambil mengepak-ngepakkan sayapnya yang berwarna coklat kemerahan itu.

Karena nyanyian Chiko itulah, rakyat Aerendepia tidak pernah bangun kesiangan. Pangeran Matahari sangat sayang pada sahabatnya itu. Namun suatu hari, kabut yang begitu tebal melingkupi kerajaan. Rakyat tak bisa bekerja dengan baik. Itu membuat mereka bersedih. Tak ada lagi yang tersenyum karena wajah mereka tak terlihat tertutup kabut. Mereka juga tak lagi saling menyapa karena takut.

Kerajaan pun menjadi muram. Pangeran Matahari yang baik hati pun bersedih melihat rakyatnya.

“Chiko, aku sangat sedih melihat  rakyatku tak bisa lagi tersenyum atau bekerja dengan baik. Aku ingin menghilangkan kabut itu. Maukah kau membantuku?” tanya pangeran.

“Kukuruyuuuuuuukkk....Aku akan selalu membantumu pangeran. Silahkan beri aku perintahmu. Kukuruyuuuuuuukkk....” Jawab Chiko dengan suaranya yang khas.

“Aku punya seorang sahabat. Namanya Aro, Sang Naga Angin. Ia tentu bisa membantu kita menghilangkan kabut ini. Tapi, saat ini ia sedang tertidur di hutan terdalam terjauh di atas puncak gunung bersalju itu.” kata Pangeran sambil menunjuk gunung yang menjulang tinggi di selatan kerajaan .

“Aku akan pergi ke sana dan menjemputnya Pangeran. Kukuruyuuuuuuukkk....”

“Rumah Aro dilindungi tanaman emas yang sangat beracun. Kau harus berhati-hati. Petiklah buah yang berwarna perak. Rumah Aro pasti akan terbuka untukmu. Berikan lambang kerajaan ini padanya. Ia pasti mengerti aku sedang membutuhkan pertolongannya. Dan pakailah baju zirahmu Chiko. Sebenarnya, aku ingin pergi sendiri tapi aku tak bisa meninggalkan rakyatku.”

“Baik Pangeran. Aku akan segera membawa Aro ke sini. Kukuruyuuuuuuukkk....” jawab Chiko tak kenal takut.

Maka berangkatlah Chiko menuju rumah Aro. Perjalanannya sangat sulit dan berbahaya. Tapi Chiko yang tangkas mampu melaluinya.  Hingga sampailah ia di depan sebuah rumah yang teramat besar. Rumah itu dikelilingi tanaman rambat berwarna emas. Sungguh menyilaukan.

Chiko pun mencari buah yang berwarna perak. Dengan hati-hati, ia melompati ranting demi ranting. Sesekali menyeimbangkan diri dengan mengepakkan sayapnya. Sesekali mencengkram erat dengan cakarnya yang kuat. Akhirnya ia pun dapat memetik buah tersebut.

Tiba-tiba gerbang besar rumah itu terbuka. Suara decit pintu yang besar lagi berat itu terdengar memekakkan telinga.

“Aaaaarrrrrggghhhhhhh... siapa... yang berani mengganggu tidur Aro, sang Naga Angin??” tiba-tiba sebuah suara menggelegar dengan keras disertai angin kencang.

Chiko tetap berdiri dengan kuat di tempatnya. Ia mengeluarkan lambang kerajaan pemberian pangeran.

“Kukuruyuuuuuuukkk....Wahai Aro Sang Naga Angin, aku datang sebagai utusan Pangeran Matahari yang sedang membutuhkan pertolonganmu.”

Demi melihat lambang kerajaan tersebut Aro pun segera mengetahui bahwa Pangeran Matahari sahabatnya, sedang membutuhkan pertolongannya.

“Naik ke punggungku teman kecil, kita akan segera terbang menuju kerajaan Aerendepia.”

Dengan lincah Chiko pun naik ke punggung Aro. Mencengkram salah satu sisik Aro yang berwarna biru cemerlang. Aro merentangkan sayapnya.

“Pegangan teman kecil.. jangan sampai kau terjatuh.” Kata Aro sebelum terbang.

Chiko mendengus sebal.

“Jangan meremehkanku. Kukuruyuuuuuuukkk....” Teriaknya.

Akhirnya mereka pun terbang melintasi hutan. Sebentar saja mereka telah sampai di kerajaan Aerendepia. Pangeran Matahari menyambut Chiko dan Aro dengan bahagia. Dimintanya Aro untuk mengepakkan sayapnya agar kabut yang melingkupi kerajaannya menghilang.

Aro pun mengepakkan sayapnya. Dan voila.. kabut pun sirna. Rakyat dapat kembali melihat satu sama lain. Mereka tertawa bahagia. Pangeran berterimakasih kepada Aro.

“Berterima kasihlah pada teman kecilmu yang gagah berani itu pangeran.. karena dialah aku bisa membantumu sekarang ini.” jawab Aro.

Pangeran pun berterimakasih pada Chiko dan memberinya memberinya gelar ‘Sang Pemberani’. Chiko sangat senang dengan gelarnya.

“Kukuruyuuuuuuukkk.... akulah Chiko Sang Pemberani dari Kerajaan Arendipia.. “ serunya riang.
Kerajaan Arendepia pun hidup bahagia selamanya.
 
Pulang Pisau

4 komentar:

  1. Kukuruyuuuuk... Suka ceritanya mba cantik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaahh makasih mbak irma.. 😀😀😀

      Hapus
  2. Mba,,aku pas awal bca ngbayangin chiko itu sejenis chico jerico,,eeh tw ny ayam jago ya hoho wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. 😂😂😂Chico jerico??? Mbak kiya ada-ada aja..

      Hapus

10 Aktivitas Yang Bisa Kalian Coba #dirumahaja Selain Rebahan.

Hi Gaes. Bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga tetap   selalu sehat dan berbahagia bersama orang-oarang tersayang di rumah. Well, hari...