Dahulu kala hewan
pun dapat berbicara seperti manusia. Suatu hari ada seekor anak Kucing yang
sedang menangis tersedu-sedu.
“Dasar kau anak nakal, Kancil! Akan ku adukan
kau pada ibuku. Huhuhuhu..” teriak Si Anak Kucing dengan marah dan sedih. Ia
pun berlari sambil membawa mainannya yang rusak.
Si Kancil
menatapnya dengan bingung. Apa salahku?, pikirnya tak mengerti. Ia sedang main
kejar-kejaran dengan temanya Si Monyet. Karena terlalu asyik, tak sengaja ia
menabrak si Anak Kucing. Tapi kenapa anak Kucing itu marah ya, padahal aku kan
mau minta maaf padanya, kata Kancil dalam hati.
“Sudah Kancil, biarkan
saja anak cengeng itu. Ayo kita main lagi.” Ajak Si Monyet.
“Baiklah, nanti
saja aku minta maaf padanya.” Kata Si Kancil kemudian.
Mereka pun
bermain kembali. Saat matahari mulai tinggi, mereka pun kelelahan. Perut mereka
juga mulai terasa lapar.
“Kancil, sudah
yuk mainnya. Aku lapar. Ayo kita pulang saja.” Ajak Si Monyet.
“Iya aku juga
lapar. Ayo kita pulang.” Jawab Si Kancil.
Rumah mereka
memang bersebelahan. Karena itu, mereka pun berjalan bersama. Setibanya di
pinggir sungai, Si Monyet sudah bersiap untuk menyebrang. Tiba-tiba terdengar
suara pelan.
”Tolong..
tolong..”
“Monyet apa kau
mendengar suara minta tolong?” tanya Kancil.
“Hah? Tidak tuh.
Jangan-jangan itu suara hantu air.. hiiiyy.” Sahut Monyet mulai takut.
“Ah kamu ini.
Mana ada hantu siang-siang begini.” Tukas Kancil. Ia yakin dengan
pendengarannya.
“Tolong aku..”
suara itu terdengar kembali. Kali ini semakin lemah.
“Kau dengar kan
Monyet? Itu benar-benar suara minta tolong.”
“I.. iya.. aku
dengar.” Jawab Monyet.
“Ayo kita cari
sumber suara itu dan menolongnya.”
Kancil pun
bergegas menyusuri pinggiran sungai. Si Monyet mengikutinya di belakang. Mereka
terkejut sekali saat tahu suara itu ternyata milik si Anak Kucing. Bulu-bulunya
yang berwarna putih basah terkena air sungai. Badannya menggigil. Ia berusaha
tidak tenggelam atau terbawa arus sungai dengan berpegangan pada akar pohon.
“Kita harus
menolongnya Monyet.” Seru Kancil.
“Huh, kenapa kita
harus menolongnya? Dia kan sudah memarahimu tadi?” jawab Monyet kesal.
“Memangnya kau
mau kalau suatu saat kau sedang kesusahan tapi tak ada yang mau menolongmu?”
“Ya.. baiklah..
baiklah. Hei.. Anak Kucing... kami akan menolongmu. Ulurkan tanganmu.” Teriak
Si Monyet.
Si Anak Kucing
berusaha menggapai tangan Monyet. Tapi pinggiran sungai itu sangat licin.
Beberapa kali Si Monyet dan Si Kancil terpeleset dan hampir saja terjatuh ke
sungai. Si Anak Kucing juga mulai terlihat kelelahan.
“Kita tidak boleh
menyerah. Ayo Monyet.. sedikit lagi. Anak Kucing.. jangan menyerah!” teriak Si
Kancil.
Akhirnya, dengan
susah payah mereka pun dapat menolong si Anak Kucing. Dengan terengah-engah
Anak Kucing pun mengucapkan rasa terima kasihnya.
“Terima kasih
Kancil. Kau sudah mau menolangku. Padahal aku tadi sudah memarahimu dan
mengataimu anak nakal. Ternyata kamu anak baik.”
“Iya, tak apa.
Aku juga minta maaf karena telah menabrakmu.” Kata Kancil.
“Hei Kau tak
berterima kasih padaku?” tanya Si Monyet.
Kancil dan Anak
Kucing pun tertawa bersama. Sejak itu, mereka pun bersahabat selamanya.
*Pulang Pisau
*ODOP Challenge
*Tantangan Mbak Lisa
Dan merekapun hidup berbahagia sampai jadi kakek nenek.... horeyyy..
BalasHapusKeren de... Makasih yaaa
BalasHapus