google image |
Hari ini Kamis. Hari piketnya di sekolah. Dan
seperti Kamis pagi sebelum-sebelumnya perempuan dengan tahi lalat kecil di pipi
kanannya itu, sudah pasti akan melakukan segala hal dengan tergesa-gesa. Bahkan
meski seawal apapun ia bangun. Ia akan mandi, berpakaian, dandan, dan
menyiapkan tasnya dengan cepat. Karena kebiasaannya itu kadang ada saja benda
yang tertinggal. Entah itu ponsel, laptop, charger, dompet, atau buku.
Suatu hari perempuan yang mewarisi darah Jawa dari ayahnya itu bahkan pernah
lupa mengunci pintu atau menutup jendela! Untungnya sekolah tempatnya mengajar
hanya berjarak sepelemparan batu saja dari rumahnya. Jadi dia bisa kembali
sewaktu-waktu. Kalau saja ibunya yang mudah panik itu tahu bagaimana cerobohnya
puteri sulungnya selama tinggal di sini, sudah pasti beliau tidak akan
mengizinkannya untuk hidup sendiri, jauh dari pengawasan beliau.
Ia juga cukup sering menjatuhkan bahkan
menghilangkan gawainya secara tak sengaja. Beberapa temannya bahkan
mencurigainya memiliki kemampuan khusus untuk itu. Ah ya, beberapa waktu lalu,
saat perempuan bermata sipit itu hendak kembali ke Banjarbaru untuk mengunjungi
orang tuanya. Entah bagaimana ia tersesat di bundaran besar kota Kapuas. Ya
ampun aku sampai tak habis pikir. Jalan itu adalah rute yang sama yang selalu
dilaluinya setiap kali bolak-balik Palangkaraya-Banjarbaru, selama kurang lebih
tiga tahun terakhir. Kok bisa-bisanya ia masih saja tersesat.
“Pantesan ... ku pikir jalannya kok udah rapih
aja. Mulus. Lebar lagi. Masa dalam waktu sebulan mereka udah bisa bikin jalan
sebagus itu? Padahal jalan Trans Kalimantan di daerah Anjir, sudah
berbulan-bulan aja masih rusak parah. Aku baru nyadar jalannya salah pas liat
gedung Balai Kota Kapuas.” ceritanya pada adiknya.
“Jauh dong berarti kamu nyasarnya?”
“Banget.” jawabnya sambil nyengir. Adiknya hanya
bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saat kemudian ia melanjutkan dengan bangga,
“walaupun sering nyasar ... tapi kan aku selalu berhasil kembali ke jalan yang
benar.”
Di sekolah, perempuan yang suka mengenakan
kerudung polos itu sering kali dimasukkan dalam kepanitiaan. Entah itu panitia
ujian, atau panitia acara-acara. Ia bahkan sering dimintai tolong oleh
teman-temannya sesama guru untuk menggantikan jadwal mengawas, mengisi rapot
atau data-data lainnya. Meskipun ia tak pernah menjabat sebagai wali kelas atau
tenaga administrasi sekolah secara resmi.
Alasan yang paling sering kudengar adalah, “kamu kan jomblo Ia? Nggak
ngapa-ngapain juga di rumah. Nggak ada suami atau anak yang harus diurusin.”
Kalau sudah begitu, perempuan kelahiran Makassar
itu hanya akan tersenyum kecut dan membatin, yaelah, nggak usah diingetin tentang jomblo juga
kali. Enak aja nggak ngapa-ngapain,waktu ada Mueeza juga aku ada yang diurus
kok. Lagian aku kan bisa baca buku, bisa
nulis, bisa nonton drama Korea, bisa melanjutkan sulaman cross stitch sembilan
ikan koi yang entah kapan akan selesai itu, bisa mencoba menu masakan baru,
bisa menanam bunga, bisa nyanyi sembarang lagu, bisa nge-stalk akun mantan ...
ehh ...
Kadang aku ingin tertawa terbahak-bahak mendengar
omelan nggak jelas yang sering diakhirinya dengan penyeselan “betapa sungguh berfaedahnya
hidupnya” itu.
Namun pada akhirnya perempuan itu akan tetap
mengerjakan semua yang ditugaskan kepadanya. Lebih karena merasa tidak tega untuk
menolak sih. Tapi kalau keras kepalanya sudah muncul, sedikit sekali orang yang
bisa mengubah pendiriannya. Itu merupakan salah satu sifat jeleknya yang ingin
ia rubah. Sekarang memang sudah agak mendingan. Coba saat SMA atau kuliah dulu,
hah ... aku malas menceritakannya.
Meski ia selalu membahasakan dirinya ibu kepada
siswa-siswanya, tetap saja ada siswa yang memanggilnya Emak, Mommy, Oemeoni,
atau Ssaem. Panggilan terakhir merujuk pada kegemarannya menonton
drama Korea. Sedangkan beberapa siswa yang lain memasukkannya ke dalam daftar
guru galak yang sebisa mungkin harus dihindari. Meskipun tentu saja ia tak
pernah merasa galak. Ia hanya tak suka jika ada siswanya yang melanggar
peraturan sekolah atau bersikap tidak sopan.
Suatu hari, salah satu siswanya pernah bertanya
pada perempuan setinggi 155 cm itu, “emak nggak takut tinggal sendirian? Kata
Nabila pohon di samping rumah emak ada penunggunya loh.”
“Oh ya?
Cowok atau cewek?” ia balik bertanya.
“Cowok.”
“Oh mungkin dia pasangan yang dibelakang rumah
ibu. Soalnya katanya Bu Erwina kemaren, di belakang rumah ibu juga ada.”
jelasnya santai.
“Hah? Jadi Bu Erwina itu indigo kayak Nabila juga
Mak?” tanya siswa itu kaget.
“Katanya Bu Erwina sih iya.”
“Emak nggak pernah liat? Emak nggak takut?” tanya
siswa itu lagi
“Ibu nggak pernah liat sih. Jadi ya biasa aja ...
”
Seorang guru yang lewat dan mendengar percakapan
mereka tiba-tiba ikut menimpali, “itu nah karena setan-setannya udah takut sama
Bu Lia ...”
“Jadi maksud Ibu, aku lebih nyeremin dari setan
gitu?” tanyanya pura-pura sebal yang disambut dengan tawa lepas mereka.
“Cantiknya gelangmu Ia ... tapi ini apa? Angka delapan
ya?” seorang guru lain tiba-tiba menyentuhku.
“Iya cantik ya bu? Sepertinya pemakainya ...”
jawabnya bercanda. “Ini bukan angka Bu ... ini lambang infinity.” jelasnya sembari
tersenyum.
Hahh.. bagaimanapun kuharap perempuan yang dipergelangan
tangan kanannya aku melingkarkan diri ini selalu bahagia.
#Tantangan1(deskripsi)
#Kelas Fiksi
#OneDayOnePost
Emak? Jadi kayak tuaan kak Lia dibanding saya heuheu.
BalasHapus😂😂😂 entahlah mereka itu..
HapusLuar biasa, gaya bercerita nya udah enak dan ngalir
BalasHapusMasa angkel?? Beneran??😂 kupikir tadinya masih garing... Makasih angkel.. Udah mampir sini...
HapusKak lia keyen😁
BalasHapusMbak Reni juga keren kok..😎
HapusSudah kuduga, ini emak keren
BalasHapusHaduh.. Keren darimananya Amma...🙈😅 aku belum sekeren Amma..
HapusAamiin.
BalasHapusKeren Mak. #eh
Pelupa, Penurut tapi juga keras kepala, kadang suka nonton drama korea (kecuali romance. hihihi...) kita samaaa...
kecuali nyulam, masak, apalagi ngurusin bunga, bukan saya.
Untuk itu kita beda, hehehe... #peace
Huwaaa... High five..🖐
HapusNyulam, masak, ngurusin bunga itu termasuk kategori kegiatan mood-mood-an kok mbak Nia.. Hahahaha
Keren sumpah😍
BalasHapussebenernya aku nggak tau itu keren darimananya.. 😂😂😂 tapi makasih ya mbak amelia..
HapusKeren sumpah😍
BalasHapusMantap mba ceritanya 😊😍
BalasHapusMakasih mbak Putri..😍
Hapus